Cari Blog Ini

Jumat, 10 Juni 2011

morfologi Entamoeba coli

Entamoeba coli

memiliki 3 bentuk stadium , yaitu :
1. tropozoit

terdiri atas :
a. ektoplasma :
- batas ekto dengan endoplasma tidak jelas
- pseudopodi agak membulat
- gerakan lambat & tidak bertujuan
b. endoplasma :
- bakteri (+)
- khromatin body & tumbuh - tumbuhan (+)
- erytrosit (-)
c. nukleuas (inti)
- letak kariosom eksentrik
- membran inti kasar
- terdapat halo

2. prekista
ciri - ciri :
- sitoplasma granuler
- inti terlihat seperti cincin reflaktil
- batang kromadial ramping atau tidak kelihatan

3. kista



ciri - ciri :
- ukuran 10 -33 mikron
- bulat, dinding jelas reflaktil dan 2 lapis
- inti antara 1 - 8 dengan kariosom exentris
- batang kromadial seperti jarum
- bentuk kista dewasa , inti 8 buah

Kamis, 09 Juni 2011

lirik lagu ungu ft andien saat bahagia dan kunci gitarnya

Ungu feat andien , saat bahagia

[intro] C Em F G# C Dm G C C7

F Fm Em
saat bahagiaku
Am
duduk berdua denganmu
Dm Fm C
hanyalah bersamamu

F Fm Em
Mungkin aku terlajur
Am Dm
Tak sanggup jauh dari dirimu
G
Ku ingin engkau selalu

[chorus]
C
tuk jadi milikku
Am
Ku ingin engkau mampu
Dm G
Ku ingin engkau selalu bisa
C Am
Temani diriku sampai akhir hayatmu
Dm Fm
Meskipun itu hanya terucap
Em Am
Dari mulutmu uuu..
Em Am
Dari dirimu yang terlanjur mampu
Dm G
Bahagiakan aku hingga ujung waktuku Selalu

[int] C Em F G# C Dm G C C7

F Fm Em
Seribu jalanpun ku nanti
Am Dm
Bila berdua dengan dirimu
Fm C
Melangkah bersamamu

F Fm Em
Ku yakin tak ada satupun
Am Dm
Yang mampu merubah rasaku untukmu
G
Ku ingin engkau selalu

[chorus]
C
tuk jadi milikku
Am
Ku ingin engkau mampu
Dm G
Ku ingin engkau selalu bisa
C Am
Temani diriku sampai akhir hayatmu
Dm Fm
Meskipun itu hanya terucap
Em Am
Dari mulutmu uuu..
Em Am
Dari dirimu yang terlanjur mampu
Dm G
Bahagiakan aku hingga ujung waktuku selalu

[solo] F Fm C A Dm G C C7


F Fm Em
Mungkin aku terlajur
Am Dm
Tak sanggup jauh dari dirimu
G
Ku ingin engkau selalu

[overtone] G A

[chorus:overtone]
D
tuk jadi milikku
Bm
Ku ingin engkau mampu
Em A
Ku ingin engkau selalu bisa
D Bm
Temani diriku sampai akhir hayatmu
Em Gm
Meskipun itu hanya terucap
F#m Bm
Dari mulutmu uuu..
F#m B
Dari dirimu yang terlanjur mampu
Em A
Bahagiakan aku hingga ujung waktuku selalu

[ending] D F#m G A#
D Em A 4x D

tentang sule



Sule OVJ

Nama Panggilan : Sule
Nama Asli : Entis Sutisna
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Tempat Lahir : Bandung
Tangal Lahir: 15 November 1976
Sule sendiri menikah dengan seorang
wanita bernama Lina pada 1997, dan hidup
dengan pas-pasan. Mereka sempat berdagang ayam goreng dan berjualan kebaya. Karenakesusahannya ini, Sule mencoba-coba peruntungan dengan mengikuti audisi lawak API di TPI.
Anak anak Sule

Sule yang memiliki dua orang anak yaitu
1. Rizki
2. Putri
Bayaran Sule

Untuk OVJ Sule dibayar 4 juta per episode, dengan perhitungan 6 episode setiap minggunya. Sule mengantongi lebih dari 90 juta per bulan. Dengan berbagai job lain yang diterimanya, Sule bisa mengantongi lebih dari 100 juta setiap bulannya

apa itu ISP ?

ISP (Internet Service Provider)

Pengertian :
ISP (Internet Service Provider) adalah perusahaan atau instansi usaha yang meyediakan(menjual) koneksi internet atau sejenisnya kepada pelanggan. ISP awalnya sangat identik dengan jaringan telepon, karena dulu ISP menjual koneksi atau access internet melalui jaringan telepon. Seperti salah satunya adalah telkomnet instant dari Telkom.

Sekarang, teknologi ISP itu berkembang tidak hanya dengan menggunakan jaringan telepon tapi juga menggunakan teknologi seperti fiber optic dan wireless.


Di Bali, denpasar pada khususnya ISP dengan teknologi wireless paling banyak tumbuh.


Karena teknologi ini “paling murah”. Tidak perlu jaringan kabel, mudah dipindahkan, tidak ada biaya ijin dan lain-lain.


Lalu gimana sebenarnya kerja internet dengan adanya ISP ini?


ISP terkoneksi satu sama lain dalam Internet Exchange, interkoneksi.

Sebagian besar ISP memerlukan upstream. Upstream itu adalah istilah dari penyedia koneksi dari ISP tersebut. Jadi ISP juga berlangganan dengan ISP yang lain.

tentang tablet PC


Tablet pc
Tablet PC adalah laptop - atau komputer portable berbentuk buku. Memiliki layar sentuh atau teknologi tablet digital yang memungkinkan pengguna komputer mempergunakan stylus atau pulpen digital selain keyboard ataupun mouse komputer.
Pengguna bisa memasukkan teks mempergunakan program yang mengenali tulisan tangan, keyboard dalam monitor, pengenal percakapan, atau keyboard biasa (apabila ada).
Banyak Tablet PC mempergunakan digitaliser, yang menghantarkan masukan posisi pulpen ke komputer dengan cepat.
Tablet PC menggunakan layar LCD sentuh, dapat digunakan untuk menulis dengan tangan menggunakan sejenis pulpen khusus yang disebut stylus. Layarnya pun dapat diputar ke atas dan ke bawah sehingga posisi keyboard menghadap tanah/pangkuan/meja dan posisi layar tidur menghadap keatas (lihat gambar 2 kiri). Layar Tablet PC juga dimungkinkan untuk bergerak memutar mirip gerakan orang menoleh, hingga 360 derajat.
Seseorang browsing menggunakan stylus sebagai pengganti mouse pada tablet PC


Seseorang menulis note pada layar Tablet PC menggunakan Stylus sebagai pengganti pulpen pada kertas biasa.

Tablet PC dalam posisi tertidur dan memutar dengan stylus di atasnya (yang berwujud mirip pena)
Tablet PC Acer Masuk Indonesia Sebentar Lagi
Komputer Tablet milik Acer akan memiliki spek yang lebih tinggi dari netbooknya.
Sabtu, 6 Maret 2010, 16:19 WIB
Indra Darmawan

iPad dipamerkan di Moscone Center, San Francisco, AS (AP Photo/Marcio Jose Sanchez)
VIVAnews - Sebagai vendor komputer nomor satu di Indonesia, agaknya Acer tak mau ketinggalan untuk turut meramaikan pasar tablet PC yang kembali bergairah sejak kemunculan Apple iPad.

Menurut Acer Indonesia Marketing Communication Department PR Specialist, Astrid Irawati Warsito, tablet PC Acer akan segera hadir di Indonesia di tahun ini.
"Tidak tertutup kemungkinan, tablet PC Acer akan hadir lebih cepat dari kuartal 3 tahun ini," kata Astrid kepada VIVAnews, Jumat 5 Maret 2010.
Setelah iPad meluncur secara global, beberapa vendor lain memang berlomba-lomba menghadirkan kembali tablet PC terbaru besutan mereka. Lenovo telah menghadirkan tablet Ideapad S10-3T di Indonesia, Dell juga berencana untuk meluncurkan tablet PC unggulannya ke sini tahun ini.

Astrid memang enggan memberi bocoran tentang detil dari tablet PC Acer ini. Namun, ia menjelaskan, tablet PC Acer, nantinya akan dikategorikan sebagai notebook, dan bakal memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dari netbook Acer.

Kendati demikian, ia menekankan, bahwa Acer masih akan menghadirkan jajaran netbook terbaru. "Kami akan tetap berusaha memenuhi kebutuhan pasar akan netbook," katanya.

Sebab, Astrid menjelaskan, berdasarkan data IDC PC Tracker terbaru, kebutuhan masyarakat terhadap PC portabel untuk tahun ini masih besar.

Dari total volume pasar untuk komputer tahun ini yang sebesar 3,8 juta unit, untuk kategori portabel PC (gabungan netbook dan portable netbook) masih mengambil porsi terbanyak, antara 2,5-2,6 juta unit untuk tahun ini.

Bahkan, menurut rumor yang berkembang belakangan ini, tahun ini, Acer dan HP, yang merupakan dua vendor komputer terbesar dunia saat ini, bakal melakukan perang harga, termasuk di kategori netbook, sehingga bakal berefek besar kepada penjualan vendor-vendor lain yang lebih kecil.


Tahun lalu, netbook Aspire One Acer menjadi netbook terlaris yang berperan besar mendongkrak penjualan Acer. "Tahun ini, pertumbuhan penjualan netbook diperkirakan juga masih akan bertumbuh secara signifikan," kata Astrid.

Di pameran Mega Bazaar sendiri, kata Astrid, Acer tidak secara khusus menyediakan produk netbook unggulan mereka, karena sejak awal tahun, Acer telah merilis versi netbook yang telah mengadopsi prosesor Atom generasi terbaru, yakni Intel Atom N450.

Bersamaan pameran ini, Acer justru mengumumkan cara baru konsumen untuk mendapatkan penanganan keluhan layanan, yakni melalui blog resmi korporat Acer yang baru yang terhubung halaman resmi Acer Indonesia di jejaring sosial Facebook dan Twitter (akun: @acerID).

Selain itu, Acer juga mengumumkan program layanan konsumen baru yaitu program Easy Sunday. Dengan program ini, pelanggan Acer tetap akan mendapatkan pelayanan di hari Minggu(dari pukul 10.00-16.30), di beberapa Acer Customer Service Center (ACSC).

Kini Acer telah memiliki 12 ACSC di berbagai kota di Indonesia, disamping pelayanan purna jual yang juga disediakan oleh mitra-mitra Acer di sekitar 20 kota.

"Inisiatif ini merupakan bagian dari apresiasi kami atas kesetiaan konsumen kami," kata Direktur Pemasaran Acer Indonesia, Daniel Rustandi, di acara pameran Mega Bazaar 2010.
• VIVAnews

makalah tentang perlayanan tranfusi darah

MATERI DASAR
KEBIJAKAN NASIONAL PELAYANAN TRANSFUSI DARAH


Usaha Transfusi darah adalah merupakan bagian dari tugas pemerintah di bidang Pelayanan kesehatan rakyat dan merupakan suatu bentuk pertolongan yang sangat berharga kepada umat manusia (PP 18/1980).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih tinggi yaitu 307/100.000 kelahiran hidup dengan perdarahan sebagai penyebab terbanyak (28-48%).
Upaya pelayanan transfusi darah yang aman tidak terlepas dari upaya penurunan AKI.
Darah adalah materi biologis yang tidak dapat disintesa diluar tubuh manusia dan hanya dapat diperoleh dari donor sukarela.
Angka kesakitan penyakit yang dapat ditularkan melalui Transfusi Darah seperti HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis dan Malaria semakin meningkat.
Pelayanan transfusi darah dapat menyebabkan reaksi transfusi ringan sampai berat yang dapat menyebabkan kematian.
Oleh sebab itu pelayanan transfusi darah harus dilakukan secara aman dan sesuai standar.

Sejalan dengan visi dan misi Departemen Kesehatan di bidang pelayanan transfusi darah, maka Menteri Kesehatan mengeluarkan SK Menkes Nomor 423/2007 tentang:

Kebijakan tentang Peningkatan kualitas dan akses pelayanan darah yang meliputi:
1. Pelayanan darah harus dilaksanakan berdasarkan standar dan peraturan perundang-undangan.
2. Kebutuhan pelayanan darah di setiap kab/kota
3. Pelayanan darah harus dilaksanakan dengan sistem distribusi tertutup Rumah sakit mempunyai manajemen pelayanan darah yang terstandar
4. Setiap Prop/Kab/Kota melaksanakan pelayanan darah secara terstandar antara Dinkes, UTDRS/UTD PMI dan RS (BDRS).
5. Membentuk jejaring kab/kota (jejaring antar UTD) dan jejaring kab/kota – dinkes propinsi.
6. Komitmen yang kuat antara Pemerintah/Depkes, PMI, Pemerintah Daerah, Rumah sakit dan masyarakat sesuai dengan peran dan targetnya dalam mewujudkan pelayanan darah yang berkualitas.
7. Mengaktifkan penggalangan donor.

Dasar-Dasar Hukum Pelaksanaan Pelayanan Transfusi Darah


1. PP 18/1980 tentang Transfusi Darah
Pasal 2 Bab II berisi: Pengadaan darah dilakukan secara sukarela tanpa pemberian pengganti berupa apapun.
Pasal 3 Bab III berisi: Dilarang memperjual belikan darah dengan dalih apapun.
Pasal 6 Bab IV ayat 1 berisi: Pengelolaan dan Pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Pasal 7 Bab IV berisi: Cara Pengolahan darah harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Pasal 9 ayat 1 bab IV berisi: Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 menjadi tanggung jawab PMI.
Pasal 9 ayat 2 Bab IV berisi: Pemerintah dapat memberikan subsidi, yang pelaksanaannya diatur oleh Menteri Kesehatan.
Pasal 11 Bab V berisi: Bimbingan dan Pengawasan penyelenggaraan usaha transfusi darah oleh Menkes.

2. Permenkes no. 478/1990 tentang Upaya Kesehatan di Bidang Transfusi Darah
Ketentuan umum: Unit Transfusi Darah PMI yang selanjutnya disebut UTD PMI adalah unit penyelenggara Transfusi Darah pada PMI.
Pasal 9 ayat 1 UTD PMI menyampaikan darah yang telah siap pakai kepada sarana pelayanan kesehatan yang memerlukan untuk kepentingan pengobatan dan pemulihan kesehatan.

3. Kepmenkes no. 622/1992 tentang Kewajiban Pemeriksaan HIV pada donor darah.
4. Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI Nomor 1147/YANMED/RSKS/1991 tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Menkes no. 478/MENKES/PER/1990.






Bagan 2. Sistem DIstribusi Tertutup Dengan Rantai Dingin



























Keterangan:
1. Unit Transfusi Darah (UTD): melakukan rekruitmen Donor Darah Sukarela (DDS) baik langsung atau melalui mobile unit. Sebelum penyadapan darah dilakukan seleksi donor. Hasil penyadapan darah di uji saring dan pemisahan komponen. Selanjutnya darah disimpan untuk kemudian di distribusikan ke Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) melalui petugas kesehatan sesuai dengan prediksi kebutuhan darah di BDRS.
2. Banyaknya darah yang perlu disiapkan oleh UTD sesuai dengan prediksi kebutuhan RS yang dilayani dan dilakukan dengan manajemen donor yang baik.
3. Distribusi dari UTD ke BDRS sepenuhnya dilakukan oleh petugas secara berkala sesuai prediksi kebutuhan RS pada kurun waktu tertentu.
4. BDRS membuat prediksi kebutuhan yang disampaikan kepada UTD sebagai salah satu mekanisme kerjasama antara UTD dan BDRS berdasarkan nota kesepakatan.
5. BDRS: melakukan stok darah serta melakukan uji cocok serasi (crossmatch) terlebih dahulu sebelum darah diserahkan kepada petugas ruangan untuk dilakukan tindakan medis transfusi darah kepada resipient.




TEKNOLOGI TRANSFUSI DARAH

Seleksi Donor Darah
Seleksi donor merupakan upaya untuk menjaga keselamatan donor darah dan untuk menjaga keselamatan penerima darah / resipien

Syarat Donor Darah
Untuk lolos seleksi, calon donor harus memenuhi persyaratan yang tertera dalam formulir isian yang memuat beberapa kriteria kondisi fisik yang disebutkan di bawah ini:
1. Keadaan umum
Calon donor tidak tampak sakit, tidak dalam pengaruh obat-obatan seperti misalnya golongan narkotik dan alkohol, serta tidak menderita penyakit-penyakit seperti penyakit jantung, paru-paru, hati, ginjal, kencing manis, penyakit darah dan gangguan pembekuan darah, epilepsi, kanker atau penyakit kulit kronis kecuali bila diperbolehkan oleh dokter yang merawatnya.
2. Umur Donor
Berumur antara 17 – 60 tahun, kecuali atas pertimbangan dokter, donor yang berumur lebih dari 60 tahun dapat menyumbangkan darahnya sampai dengan umur 65 tahun. Donor pertama kali tidak diperbolehkan pada umur 60 tahun.
3. Berat Badan
Donor dengan berat badan minimal 45 kg dapat menyumbangkan darahnya sebanyak 30 mL . Donor dengan berat badan 50 kg atau lebih dapat menyumbangkan darahnya maksimal sebanyak 450 mL tetapi tidak melebihi 15% dari perkiraan volume darah calon donor ditambah sejumlah darah untuk pemeriksaan yang jumlahnya tidak lebih dari 30 mL.
4. Suhu Tubuh
Suhu tubuh calon donor tidak lebih dari 37oC.
5. Nadi
Denyut nadi berkisar antara 60-100 x/ menit, teratur tanpa denyut patologis.
6. Tekanan Darah
Tekanan Darah sistolik antara 100-160 mmHg dan diastolik antara 60-100 mmHg.
7. Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin calon donor ≥12,5 g/dL. Penetapan kadar hemoglobin dilakukan minimal dengan metode CuSO4 (BJ 1.053).
8. Haid, Kehamilan,dan Menyususi
Setelah selesai Haid, 6 bulan setelah melahirkan dan 3 bulan setelah berhenti menyusui diperkenankan menyumbangkan darahnya .
9. Jarak Penyumbangan Donor
Jarak penyumbangan darah lengkap tidak kurang dari 8 minggu, maksimal 5 kali setahun. Penyumbangan darah lengkap dapat dilakukan minimal 48 jam setelah menjalani plasma/ tromboferesis. Jarak penyumbangan komponen darah trombosit, minimal 1 bulan (jumlah trombosit > 150.000/uL), maksimal 6 kali setahun untuk laki-laki dan 4 kali untuk perempuan.
10. Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan resipien, calon donor juga harus memenuhi persyaratan berikut ini:
a. Kulit donor
Kulit lengan di daerah tempat penyadapan harus sehat tanpa kelainan, tidak ada bekas tusukan jarum.
b. Riwayat Transfusi darah
Calon donor tidak boleh menyumbangkan darahnya dalam waktu 12 bulan setelah mendapatkan transfusi darah.
c. Penyakit Infeksi
Calon donor dengan pemeriksaan laboratorium terhadap sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV yang menunjukkan hasil positif tidak boleh menyumbangkan darahnya. Calon donor berikut ini dapat menyumbangkan darahnya:
• 3 tahun setelah bebas dari gejala malaria
• 3 tahun setelah keluar dari daerah endemis malaria (jika yang bersangkutan tinggal di daerah endemis tersebut 5 tahun berturut-turut).
• 12 bulan setelah berkunjung ke darah endemis malaria.
• 6 bulan setelah sembuh dari penyakit typhoid/ typhus.
d. Riwayat Imunisasi dan Vaksinasi
Calon donor dapat menyumbangkan darahnya 8 minggu setelah imunisasi dan vaksinasi.
e. Riwayat Operasi
Calon donor dapat menyumbangkan darahnya :
• 5 hari setelah pencabutan gigi
• 6 bulan setelah menjalani operasi kecil
• 12 bulan setelah menjalani operasi besar.
f. Riwayat pengobatan
Calon donor dapat menyumbangkan darahnya:
• 3 hari setelah meminum obat-obatan yang mengandung aspirin dan piroxicam.
• 12 bulan setelah dinyatakan sembuh terhadap penyakit sifilis dan Gonorrhoe.
g. Obat-obat narkotik dan alkohol
• pecandu narkotik tidak boleh menyumbangkan darah selamanya.
• Pecandu alkohol tidak boleh menymbangkan darahnya.
h. Tato, tindik dan tusuk jarum
Calon donor dapat menyumbangkan darahnya 12 bulan setelah ditato, ditindik dan ditusuk jarum.
1.2 Melakukan pengisian formulir calon donor darah
Setelah calon donor memenuhi persyaratan, maka calon donor dipersilahkan mengisi informed consent yang disediakan. Contoh Formulir Terlampir.
1.3 Melakukan pemeriksaan fisik donor
Metoda :
- Melakukan penilaian hasil pengisian status donor di formulir pendaftaran
- Anamnesis (tanya jawab)
- Pemeriksaan kesehatan dengan inspeksi (melihat), palpasi (meraba nadi) dan auskultasi (mendengar denyut arteri di lipat siku dalam).
Prinsip: Dari donor yang sehat didapatkan darah yang aman.
1.4 Melakukan persiapan peralatan seleksi donor darah
Persiapan peralatan seleksi donor darah terdiri dari alat-alat untuk pemeriksaan kadar Hb, melakukan pemeriksaan golongan darah, dan pemeriksaan tekanan darah.
Peralatan untuk pemeriksaan Kadar Hb terdiri dari:
Gelas kimia 50 mL, tabung hematokrtit (Capillary tube), Lancet steril, autoclick.
Peralatan untuk pemeriksaan Golongan darah terdiri dari:
Objek glass atau kertas khusus golongan darah, lancet steril, autoclick, pencampur/ pengaduk.
Peralatan untuk pemeriksaan tekanan darah terdiri dari:
Tensimeter dan Stetoskop.
1.5 Melakukan Pemeriksaan kadar Hb
Pada orang dewasa darah peripher ini diambil dari ujung jari atau bisa juga dari anak daun telinga, tetapi untuk pemeriksaan dengan jumlah darah yang sedikit kita bisa diambil dari ujung jari.

Gb. Cara pengambilan darah perifer pada ujung jari


Metode: Melakukan pemeriksaan kadar Hb donor dengan larutan CuSO4 BJ 1.053.
Prinsip : Penyumbangan darah yang aman bagi donor dan pasien.
Bahan :
- Sampel/ spesimen pasen
- Larutan CuSO4 BJ 1.053
- Alkohol 70%
Cara pemeriksaan:
1. Siapkan larutan CuSO4 BJ 1.053 di dalam Beaker kirakira 20 mL.
2. Desinfeksi ujung jari manis donor dengan kapas alkohol 70%
3. Tusuk jari manis dengan posisi vertikal, gunakan blood lancet.
4. Usap jari donor dengan kapas kering.
5. Ambil darah donor dengan menggunakan capillary tube.
6. Teteskan darah donor ke dalam larutan CuSO4 BJ 1.053, tunggu selama 15 detik.
Pembacaan Hasil:
Terapung < 12 g% (tidak memenuhi persyaratan)
Melayang = 12 g% (tidak memenuhi persyaratan)
Tenggelam ≥ 12 g% (memenuhi persyaratan donor)
1.6 Melakukan Pemeriksaan golongan darah
Metode : Slide Test
Prinsip : Antigen + Antibodi = aglutinasi
Bahan : Test sera anti A, anti B, anti D
Alkohol 70%
Cara Kerja:
1. Siapkan reagen di suhu kamar.
2. Tusuk jari manis dengan posisi vertikal, gunakan blood lancet
3. Usap jari donor dengan kapas kering
4. Ambil darah donor dengan menggunakan capillary tube.
5. Teteskan 1 tetes darah donor pada permukaan slide di tiga tempat.
6. Teteskan Anti-A, Anti-B, dan Anti-D masing-masing 1 tetes di atas tetesan darah donor.
7. Aduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah donor dengan Tes Sera.
Pembacaan Hasil:
- Aglutinasi : ada antigen pada sel darah merah donor
- Tidak aglutinasi : tidak ada antigen pada sel darah merah donor.
Interpretasi Hasil:
No. Anti- A Anti- B Golongan Darah Anti-D Rhesus
1 + - A + Positip
2 - + B - Negatip
3 - - O
4 + + AB

1.7 Melakukan Pemeriksaan tekanan darah
Cara Kerja:
1. Donor dipersilakan duduk dan status donor yang telah diisi dan ditandatangani,
dievaluasi.
2. Lakukan tanya jawab tentang penyakit yang sedang diderita ataupun obat yang sedang diminum.
3. Lengan donor dilihat an jika tidak ada kelainan lakukan perabaan nadi, nilai
pengisian dan keteraturannya dan hitung berapa nadinya.
4. Lakukan pemeriksaan tensi/ tekanan darah dengan cara:
a. Pasang manset 2/3 lengan atas
b. Taruh stetoskop di lipat siku dalam.
c. Pompa tensimeter sampai angka 200 mmHg, lalu kendorkan.
d. Bunyi pertama yang terdengar adalah sistole
e. Bunyi yang hilang pertama adalah diastole
f. Stetoskop diangkat dan lepaskan manset.
Hasil: Donor dikatakan sehat, apabila:
1. Pada formulir pendaftaran tidak ditemukan riwayat penyakit atau perilaku yang berisiko tinggi untuk menjadi donor.
2. Pada tanya jawab, donor tidak sedang menderita penyakit atau tidak sedang minum obat antibiotik atau aspirin.
3. Pada pemeriksaan secara inspeksi: tak ada kelainan pada jangan yang akan diambil darahnya.
4. Pada pemeriksaan secara sederhana denyut nasi di pergelangan tangan didapatkan nadi yang pengisiannya cukup dan teratur: 60-80x/ menit.
5. Pemeriksaan dengan menggunakan Tensimeter didapatkan tekanan darah : Sistole: 90 – 170 mmHg dan Diastole: 60-110 mmHg





Pengambilan Darah Donor Untuk Transfusi

Proses seleksi donor dimulai sebelum donor datang menyumbangkan darah mereka melalui program penyuluhan yang memberikan informasi kepada donor potensial tentang apa dan bagaimana kondisi kesehatan atau perilaku berisiko yang dapat membuat mereka tidak cocok untuk menjadi donor darah.

1. Pengambilan Darah
1.1. Teknik pengambilan darah dan sampel darah
Pengambilan darah donor dilakukan pada donor yang telah lolos seleksi. Seluruh proses pengambilan darah harus terdokumentasi dengan baik. Pada saat akan dilakukan pengambilan darah dan sampel darah perlu diperhatikan teknik pengambilan darah dan sampel agar mendapatkan darah yang aman.
Teknik pengambilan darah dan sampel darah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Semua prosedur dilakukan secara aseptik, darah harus disadap secara aseptis menggunakan alat-alat steril.
2. Petugas pengambilan darah adalah teknisi yang mempunyai kompetensi dan terlatih dalam hal pengambilan darah.
3. Kantong darah harus dipilih yang sudah memiliki izin edar Depkes RI, layak pakai dan lulus uji mutu oleh instansi/ unit yang berwenang. Untuk setiap kantong harus ada sistem penomoran kantong darah. Nomor tersebut harus tertera pada setiap kantong dan selang darah, tabung spesimen dan formulir pengantar ke laboratorium
4. Aliran darah harus lancar
5. Pengambilan darah harus selesai dalam waktu kurang dari 6 menit.
6. Volume darah yang diambil harus sesuai dengan volume antikoagulan. Masih dibenarkan apabila volumenya ± 10% dari volume ideal.
7. Pencampuran darah dan antikoagulan harus baik.
8. Selesai aftap segera simpan darah pada suhu 4oC± 2oC
9. Petugas bagian penyadapan darah harus mengenali reaksi yang mungkin terjadi pada donor setelah penyadapan. Harus ada pedoman penanganan terhadap reaksi donor, penggunaan alat-alat dan obat-obatan yang mungkin diperlukan.
10. Penyadapan darah untuk kepentingan pengobatan polisitemia vera (Phlebotomi) dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
- Ada surat pengantar dari dokter dengan kejelasan volume darah yang harus disadap.
- Darah tersebut tidak boleh digunakan untuk keperluan transfusi.
11. Label harus melekat pada kantong darah dan mudah dibaca. Tambahan tulisan tangan harus dibuat dengan tinta permanen dan dapat dibaca.
12. Semua data kegiatan pengambilan darah harus didokumentasikan dan diarsipkan dengan baik.

1.2. Peralatan dan bahan untuk pengambilan darah
1.2.1. Alat dan Bahan :

1.Tempat tidur
2. Tensi meter
3. Timbangan darah
4. Arteri klem/ pean
5. Hand sealer
6. Gunting
7. Spidol
8. Rak tabung
9. Pinset
10. Tempat Kapas
11. Tempat pinset, gunting, kassa
12. Kantong darah
13. Alkohol semprot
14. Tabung sampel darah dan penutup
15. Meditape
16. Kassa steril
17. Tensoplast

1.2.2. Persiapan petugas sebelum mulai bekerja:
1. Pakai jas laboratorium
2. Cuci tangan dengan sabun
3. Pakai sarung tangan.
1.2.3. Persiapan label/ stiker
1). Siapkan label/ stiker yang memuat:
• Nomor kantong
• Golongan darah
• Tanggal pengambilan • Tanggal kadaluarsa
• Nama pengambil darah/ aftaper
2) Tempelkan label tersebut pada:
• Plastik bag/ kantong darah
• Tabung sampel darah donor
• Formulir pemeriksaan donor

1.3. Identifikasi kantong darah
Kantong darah dipastikan dalam keadaan baik, tidak bocor, antikoagulan tidak berubah warna, plastik tidak berjamur. Untuk setiap kantong harus ada sistem penomoran kantong darah. Nomor tersebut harus tertera pada setiap kantong dan selang darah, tabung spesimen dan formulir pengantar ke laboratorium.
1.4. Persiapan tusukan vena tangan
Ketika darah berada di luar tubuh, ia menjadi medium yang ideal bagi pertumbuhan bakteri. Darah tidak dapat disterilkan tanpa menghancurkan banyak komponennya. Sehingga sangat penting untuk mencegah kontaminasi saat penyadapan darah. Persiapan terhadap kulit sebelum penyadapan membutuhkan perhatian yang sama dengan prosedur bedah kecil.
Prosedur persiapan tusukan vena tangan:
1. Lakukan pada daerah yang telah dipilih untuk melakukan venapuncture pembersihan lekuk lengan bagian depan dengan cara pola lingkaran konsentrik yang membesar. Daerah yang dibersihkan sebaiknya 10x 10 cm. Gunakan kapas pembersih yang diusap dengan isoprofil alkohol.
2. Tunggu hingga daerah lengan yang dibersihkan menjadi kering kembali. Jangan menyentuh daerah yang telah dibersihkan kecuali bila tangan anda bersih untuk operasi.
1.5. Tata cara pengambilan darah dan sampel darah
Pengambilan darah harus sesuai dengan Prosedur Kerja Standar (PKS) yang ada pada Unit Transfusi Darah dengan cara kerja sebagai berikut:
1. Donor dipersilakan mencuci lengan dengan sabun antiseptik
2. Donor dipersilakan tidur di tempat tidur yang sudah disediakan dengan
posisi terlentang.
3.Tangan donor ditempatkan lurus di samping, di atas tempat tidur
dengan posisi menghadap ke atas.
4.Tensi meter dipasang dengan posisi slang/ pipa tensi meter di atas.
5. Kantong darah diidentifikasi dan tabung sampel darah sesuai dengan
formulir donor darah, yaitu:
• Nomor kantong
• Golongan darah
• Tanggal pengambilan
• Tanggal kadaluarsa
• Nama pengambil darah
• Jam pengambilan untuk komponen darah
6. Tensimeter dinaikkan sampai batas antara sistole dengan diastole, raba dan tentukan letak vena dimana akan dilakukan penusukan, tensimeter diturunkan.
7. Kapas beralkohol diambil menggunakan pinset, untuk desinfeksi lokasi yang akan ditusuk dari satu titik di tengah, dengan gerakan melingkar dari arah dalam ke luar satu (1 kali). Hindarkan arah berlawanan karena dapat membawa kotoran ke lokasi penusukan vena.
Kapas alkohol 70% diambil untuk desinfeksi vena dengan cara yang sama 3- 4 kali. Kapas baru digunakan untuk pengulangan.
8. Buatlah simpul longgar pada slang kantong darah ±15 cm dari arah jarum.
9. Tempatkan kantong darah di atas timbangan darah. Timbangan darah berupa timbangan berat atau timbangan khusus yang bergoyang.
10. Naikkan tensimeter kembali sampai batas sistole dan diastole.
11. Lakukan penusukan vena dengan cara:
• Buka tutup jarum, posisi lubang jarum di sebelah atas
• Tekan secara pelan lengan donor di bawah lokasi di bawah lokasi penusukan dengan tangan kiri.
• Tusukkan jarum 1 atau 2 cm dari vena, dorong sampai berada di tengah vena. JANGAN SAMPAI MENEMBUS SISI VENA YANG LAIN, BISA TERJADI HEMATOM PADA LENGAN DONOR.
• Aturlah posisi jarum searah dengan vena setelah darah keluar.
• Turunkan tensimeter antara 40 mmHg – 50 mmHg.
12. Lakukan fiksasi silang di lengan donor dengan menggunakan meditape di 2 (dua) tempat agar kedudukan jarum tidak berubah
13. Kocoklah darah secara perlahan-lahan dan sesering mungkin agar darah tercampur sempurna dengan antikoagulan.
14. Apabila volume darah sudah tercapai sesuai dengan jenis kantong darah yang dipakai , jepitlah slang dengan klem A ± 5 cm dari arah jarum.
15. Serut slang kantong darah dari klem A ke arah kantong darah dengan menggunakan hand sealer sepanjang ± 5 cm, kemudian jepit slang kantong darah dengan klem B ±2cm dari klem A. JANGAN MENYERUT SLANG KANTONG DARAH KE ARAH TUBUH DONOR KARENA BERBAHAYA BAGI DONOR.
16. Potong slang kantong darah di antara klem A dengan klem B, kemudian kencangkan simpul pada slang.
17. Tempatkan tabung/ botol sampel di ujung potongan slang, buka klem A dan isilah tabung / botol sampel tersebut dengan darah vena donor langsung dari slang yang masih ada di tangan donor tersebut.
18. Tutup Klem A.
19. Turunkan tensimeter sampai batas nol.
20. Ambil kapas alkohol 70%, letakkan di atas tusukan vena dengan sedikit ditekan, kemudian cabutlah jarum dari tubuh donor secara perlahan.
21. Minta donor menekan bekas tusukan pada vena dengan kapas alkohol 70% tadi dan mengangkat tangan ke atas.
22. Masukkan ke dalam tabung/ botol sampel, darah yang masih tersisa di dalam slang darah. Tutup jarum kembali, buang slang ke dalam tempat sampah infeksius.
23. Serut slang kantong darah dengan hand sealer hingga darah masuk ke dalam kantong darah yang telah tercampur antikoagulan. Ulangi 2-3 kali. Slang dirapikan.
Cara menyerut slang kantong darah dengan menggunakan hand sealer dan mengocoknya secara perlahan.
24. Cocokkan nomor sampel dengan nomor kantong dan nomor pada formulir. Simpan darah dalam blood bank pada suhu 4 oC ±2 oC atau biarkan di suhu kamar bila darah tersebut diperuntukkan untuk komponen trombosit.
25. Periksa luka tusukan pada vena donor, bila tidak ada perdarahan, tutup dengan tensoplast. Amati ± 1 menit.
26. Persilakan donor ke ruang istirahat bila tidak ada keluhan dari donor.
2. Pelayanan Donor
Setelah selesai donasi, para donor harus diberi kesempatan untuk beristirahat minimum duapuluh menit, sehingga tubuh mereka bisa menyesuaikan terhadap berkurangnya darah. Dalam waktu ini, sekedar minuman dan makanan ringan perlu diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Donor yang merasa lemah atau pusing harus dibantu tiduran, dengan kaki lebih tinggi untuk membantu penyaluran darah ke kepala. Sebelum meninggalkan UTD/ mobil unit, mereka harus dilihat oleh staf yang telah dilatih untuk memastikan bahwa mereka telah merasa pulih dan telah mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
3. Pengelolaan kantong darah donor dan sampel
1.Segera setelah penyadapan, darah harus disimpan pada lemari pendingin karantina, dengan suhu 2 oC -6 oC, kecuali darah yang akan diolah menjadi trombosit pekat harus disimpan pada suhu antara 20 oC - 24 oC.
2. Spesimen darah donor untuk pemeriksaan serologi
Persiapan untuk Pemeriksaan Serologi:
- Spesimen darah untuk pemeriksaan serologi IMLTD dan konfirmasi golongan darah masing-masing ditampung di dalam tabung dengan anti koagulan berpenutup ulir dan diberi identitas yang sama dengan kantong darah asalnya.
- Spesimen untuk uji silang harus disediakan dalam segmen- segmen selang kantong darah yang telah di seal (minimal 5 segmen). Darah dalam selang kantong tersebut harus tercampur dengan antikoagulan. Setiap segmen selang kantong darah harus terdapat nomor kantong darah.


Pengolahan Darah

Pengolahan komponen darah adalah tindakan memisahkan komponen darah donor dengan prosedur tertentu menjadi komponen darah yang siap pakai. Dalam proses tersebut aspek kualitas dan keamanan harus terjamin untuk mendapatkan produk akhir yang diharapkan. Satu unit darah terdiri dari elemen-elemen selular dan non selular yang memiliki fungsi beragam. Terapi transfusi ditujukan untuk mengganti komponen- komponen yang berkurang pada pasien simptomatik. Setiap produk selalu memiliki risiko terkait, dan perbandingan risiko/ keuntungan harus selalu dipertimbangkan.. Manfaat darah diolah menjadi komponen darah di antaranya : pasien memperoleh hanya komponen darah yang diperlukan, mengurangi reaksi transfusi, mengurangi volume transfusi, meningkatkan efisiensi penggunaan darah, mengurangi masalah logistik darah, memungkinkan penyimpanan komponen darah pada suhu simpan yang optimal.
Prinsip pemisahan komponen darah yaitu dengan menggunakan alat steril, bebas pirogen. Dilakukan dengan cara aseptik. Menggunakan kantong darah ganda, kantong darah tunggal dengan ”transfer bag.” Ketentuan umum pengolahan darah diantaranya sebagai berikut:
1. Sterilitas harus diperhatikan pada saat menyiapkan komponen darah. Komponen darah harus dibuat secara aseptis dengan menggunakan alat-alat dan cairan steril yang bebas pirogen serta harus menggunakan kantong ganda. Pembuatan eritrosit cuci sebaiknya menggunakan laminar air flow.
2. Darah untuk pembuatan komponen disimpan pada suhu yang sesuai, kemudian diolah menjadi komponen maksimal dalam waktu 8 jam sesudah pengambilan darah.
3. Unit darah yang akan diolah menjadi trombosit harus disimpan pada suhu 20 oC - 24 oC.
4. Untuk menghasilkan trombosit dan Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma) yang baik untuk mencegah aktivasi dan pembekuan darah, darah harus diambil dengan trauma minimal. Lama waktu pengambilan darah 4-15 menit.
5. Proses pembuatan Plasma Segar Beku (FFP) dengan sistem tertutup maksimal dalam waktu 8 jam setelah penyadapan. Apabila komponen tersebut dicairkan maka komponen dapat disimpan pada suhu 1oC - 6 oC dan harus ditransfusikan dalam waktu 24 jam, untuk mempertahankan faktor pembekuan yang labil (Faktor V dan VIII).
6. Segel penutup kantong darah harus dalam keadaan utuh dan tertutup.

1. Definisi darah lengkap dan komponen darah
Darah Lengkap (Whole Blood) adalah cairan yang mengandung bermacam-macam sel darah yang bergabung dalam cairan kekuningan yang disebut plasma. Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit) dan keping darah pembeku (trombosit). Plasma mengandung bermacam-macam protein, zat kimia, faktor-faktor pembekuan dan kaya dengan zat metabolik.
Komponen darah adalah bagian-bagian darah yang dipisahkan dengan cara fisik/ mekanik tanpa menambahkan bahan kimia ke dalamnya ( dengan cara pengendapan/ pemutaran). Derivat darah/ plasma adalah bagian-bagian darah yang dipisahkan dengan cara kimiawi (dengan menambahkan bahan kimia pada proses pembuatannya). Produk darah mencakup keduanya.
Fungsi darah adalah sebagai pengangkut berbagai komponen menuju organ-organ di dalam badan. Sel eritrosit dibentuk dalam sumsum tulang, setelah mengalami pematangan memasuki peredaran darah dengan masa hidup 120 hari., kemudian eritrosit akan pecah dan oleh sel-sel tertentu diangkut ke sistem retikuloendotelial. Sel-sel pengangkut terdapat di sumsum tulang, hati, limfa dan kelenjar getah bening.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang mempunyai fungsi utama sebagai pembawa oksigen menuju jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hemoglobin merupakan molekul yang komplek dan besar. Terbentuk dari molekul yang berisi besi (hem) yang berikatan dengan rantai polipeptida (globin). Hemoglobin adalah cairan kemerahan dalam sel darah merah. Hemoglobin mempunyai kemampuan untuk mengikat oksigen dan karbondioksida. Peran utamanya adalah mengangkut oksigen menuju ke jaringan tubuh sehingga tubuh mendapatkan daya dan panas yang diperlukan. Oksigen diperoleh dari paru-paru, lalu dipompakan jantung ke seluruh jaringan tubuh, kemudian oksigen dalam darah digantikan dengan karbondioksida yang dibawa ke paru-paru, dilepaskan dan diganti lagi dengan oksigen yang baru untuk diedarkan lagi ke jaringan-jaringan tubuh. Kadar Hemoglobin (Hb) laki-laki antara 13,5 g/dL sampai 17 g/dL dan wanita 12,0 g/dL sampai 16 g/dL. Kadar Hb dapat diukur dengan menggunakan metode kolorimetri atau fotometri. Kadar Hb dapat ditaksir dengan membandingkan berat jenis zat ini dengan berat jenis tembagasulfat (CuSO4) yang telah diketahui sebelumnya. Kadar minimum: laki-laki yaitu 13,5 g/dL sedangkan wanita 12,5 g/dL, ditentukan dengan meneteskan setetes darah ke dalam larutan tembaga sulfat (CuSO4) dengan berat jenis 1.053.
Sel darah putih (lekosit), merupakan kelompok sel-sel darah berinti, terdiri dari: sel sel granulosit dan sel agranulosit. Sel Granulosit terdiri dari netrofil, eosinofil dan basofil berasal dari sumsum tulang. Sel agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit. Limfosit sebagian kecil dibentuk di sumsum tulang dan sebagian besar dari jaringan limfe dan thymus. Monosit berasal di suatu jaringan retikuloendotelial khususnya limpa. Jumlah sel darah putih pada orang dewasa antara 4.000 sampai 11.000 lekosit/mm3 darah.
Sel trombosit merupakan sel yang lebih kecil dari sel darah merah dan sel darah putih. Pada orang dewasa jumlahnya antara 150.000 sampai 500.000/mm3 . Trombosit berperan penting dalam mekanisme pembekuan darah, yaitu dengan melepaskan zat di tempat luka bersama dengan faktor pembekuan lainnya dalam plasma akan membentuk anyaman protein yang kuat (fibrin). Fibrin dapat menangkap sel darah merah sampai terbentuk bekuan yang menghentikan perdarahan lebih lanjut. Trombosit dapat disimpan selama kurang lebih 5 hari apabila disimpan dengan baik.
Serum adalah cairan yang di sekeliling sel-sel darah merah yang dibiarkan membeku. Sedangkan plasma adalah cairan di sekeliling sel-sel darah merah yang dicegah proses pembekuannya dengan penambahan antikoagulan (zat anti beku). Mekanisme pembekuan darah terdiri dari jalur intrinsik (kontak permukaan) dan jalur ekstrinsik (cedera jaringan). Setiap kerusakan atau luka terhadap pembuluh darah akan mencetuskan jalur pembekuan darah atau rentetan proses yang akan mengubah fibrinogen yang mudah larut menjadi fibrin, sehingga terbentuk bekuan yang mantap/stabil untuk mencegah perdarahan berlangsung.
2. Macam Dan Guna Komponen Darah
Macam-macam komponen darah terdiri dari komponen seluler , misalnya: Sel darah merah pekat (DMP = PRC (Packed Red Cells) ), sel Darah Merah Pekat Miskin Lekosit (DMP ML), Lekosit pekat (Buffy Coat) dan Trombosit pekat. Komponen darah lainnya yaitu non seluler, misalnya: Plasma donor tunggal, Plasma segar beku (Fresh Frozen Plasma= FFP) dan Kriopresipitat.
Plasma mengandung berbagai protein pembekuan, albumin, imunoglobulin, dan banyak konstituen lain. Fraksionasi plasma memungkinkan kita secara terpisah mengambil albumin, gamaglobulin, dan faktor pembekuan (Faktor VIII pekat, Faktor IX pekat) serta sebagian serin protease seperti alfa 1-antitripsin dan antitrombin III dari kumpulan plasma donor dalam jumlah besar.
2.1. Darah Lengkap (DL) = Whole Blood (WB)
Darah Lengkap (Whole Blood) adalah cairan yang mengandung bermacam-macam sel darah yang bergabung dalam cairan kekuningan yang disebut plasma. Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit). Setelah darah diambil dari donor, ditambahkan larutan pengawet antikoagulan untuk mencegah pembekuan selama penyimpanan. Komponen yang terbentuk terdiri sekitar 450 mL darah, diencerkan dengan 63 mL pengawet antikoagulan. Karena trombosit dan lekosit tidak dapat bertahan hidup lama pada suhu dingin (1 sampai 6oC), maka darah lengkap (whole blood) yang disimpan pada suhu 4 ± 2 oC secara fungsional (isi utama) terdiri dari sel darah merah dan plasma. Albumin dan sebagian besar globulin bertahan selama penyimpanan, tetapi faktor-faktor pembekuan yang labil mengalami kemerosotan secara tidak terduga.
2.2. Konsentrat Sel Darah Merah = Darah Merah Pekat (DMP) = Packed Red Cells (PRC)
Isi utama dalam sel darah merah pekat adalah eritrosit. Darah Merah Pekat mengandung nilai hematokrit 70%. Suhu simpan 4 ± 2 oC. Pelayanan darah merah pekat dilakukan melalui uji cocok silang serasi antara darah donor dan pasen. Apabila dibuat dengan sistem terbuka, maka lama simpan selama 24 jam., sedangkan apabila darah merah pekat dibuat dengan sistem tertutup, maka masa simpan sama dengan Darah Lengkap asalnya.
Darah merah pekat (DMP) berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit. Peningkatan Hb dan hematokrit post transfusi DMP yang berasal dari 450 mL sama dengan Darah Lengkap. DMP bermanfaat untuk mengurangi volume transfusi, memungkinkan transfusi cocok serasi tidak identik ABO pada keadaaan darurat (seperti: DMP golongan O). Sel- sel darah merah dapat dipisahkan dari bagian darah lainnya dengan pemusingan.
Sediaan sel darah merah yang terbentuk tetap memiliki semua kapasitas mengangkut oksigen darah semula tanpa banyak plasma yang mengencerkan efek teurapetiknya. Hal ini terutama penting untuk pasen dengan anemia kronis, gagal jantung kongestif, atau orang lain yang mengalami kesulitan mengatur volume darahnya. Sel darah merah lebih efektif dibandingkan dengan sel darah lengkap dalam menyediakan kapasitas mengangkut oksigen dan meningkatkan hematokrit pasen. Seperti darah lengkap , sel darah merah dengan dengan Citrate Phosphat Dextrose- Adenin (CPD-A) yang disimpan di dalam lemari pendingin memiliki waktu simpan 35 hari. Dengan pemakaian larutan antikoagulan aditif (Aditif solution (AS-1), Adsol dan Nutricel), waktu simpan dapat diperlama menjadi 42 hari. Jumlah plasma dan sel darah putih yang tersisa dalam sel darah merah yang disimpan di lemari pendingin tidak cukup untuk melakukan fungsi yang secara fisiologik bermanfaat, tetapi cukup untuk memicu imunisasi atau menimbulkan reaksi imun pada resipien.
2.3. Konsentrat Sel Darah Merah Miskin Lekosit = Darah Merah Pekat Miskin lekosit (DMPML) = Leucopoor PRC
Isi utama darah merah pekat miskin lekosit (DMPML) adalah eritrosit. Suhu simpan 4 ± 2 oC. Lama simpan selama 24 jam dengan sistem terbuka. Sedangkan dengan metode tertutup lama simpannya sama dengan Darah Lengkap asal. Berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit pasen yang sering memerlukan transfusi darah. DMPML bermanfaat untuk mengurangi reaksi panas dan alergi. Satu unit sel darah merah biasanya mengandung lebih dari 109 lekosit. Lekosit harus disingkirkan dari konsentrat sel darah merah melalui pemusingan, pemisahan mekanis dengan menggunakan penyaring, atau tindakan-tindakan pencucian menggunakan salin atau gliserol.
Gliserol digunakan sebagai zat cryopreservative (pengawet beku) pada sel-sel darah merah yang dibekukan, tetapi kemudian dicuci dan disingkirkan pada saat pencairan (thawing) dari penyimpanan. Efisiensi pengurangan lekosit berbeda-beda sesuai metode yang digunakan.Apapun metodenya, komponen harus mempertahankan paling sedikit 80% dari sel darah merah semula. Pengeluaran lekosit diindikasikan pada orang yang pernah mengalami demam karena reaksi transfusi non hemolitik terhadap sel darah putih pencemar. Indikasi lain mencakup pencegahan infeksi sitomegalovirus (CMV) atau aloimunisasi HLA. Pemusingan adalah cara paling sederhana untuk menyingkirkan lekosit sebelum transfusi, namun metode ini juga paling tidak efisien. Filtrasi mikroagregat adalah metode penyingkiran lekosit yang sangat praktis, tetapi juga relatif inefisien. Saringan deplesi lekosit yang baru merupakan alat paling efektif. Saringan ini harus digunakan secara empiris apabila pasen pernah mengalami dua kali reaksi transfusi non hemolitik dengan demam (Febrile nonhemolytic transfusion reaction, FNHTR). Untuk mencegah FNHTR komponen harus mengandung lekosit kurang dari 5x 108, sedangkan untuk mencegah CMV dan aloimunisasi HLA (FNHTR), lekosit yang tersisa harus kurang dari 5x106. Komponen sel darah merah yang sudah dicuci diindikasikan untuk pasen dengan defisiensi IgA yang pernah mengalami reaksi anafilaktoid terhadap plasma.
2.4. Konsentrat Sel darah putih = Lekosit Pekat
Isi utama Lekosit Pekat adalah granulosit. Lekosit pekat disiapkan dalam bentuk Buffy Coat. Volume berkisar antara 50-80 mL. Suhu simpan berkisar antara 20 ± 2 oC. Lama simpan: segera ditransfusikan dalam 24 jam. Lekosit pekat berguna untuk meningkatkan jumlah granulosit. Pelayanan melalui uji cocok serasi darah donor dan pasen. Efek samping urtikaria, menggigil, demam. Lekosit pekat jarang digunakan.
Pada orang dewasa, data yang menunjukkan pemakaian transfusi sel darah putih pada pasen granulositopenik septik kurang memuaskan, tetapi granulosit buffy coat segar yang dikumpulkan dari satu atau dua unit darah segar mungkin bermanfaat dalam penatalaksanaan sepsis pada bayi baru lahir. Cairan ini adalah suspensi granulosit dalam plasma yang dibuat dengan sitaferesis, yang lebih tepat disebut granulosit, feresis (granulositoferesis). Komponen ini, sebaiknya mengandung minimal 1 x 1010 granulosit.



2.5. Konsentrat Trombosit = Trombosit Pekat = Platelet Concentrate
Isi utama Trombosit pekat adalah trombosit. Volume sekitar 50 mL. Suhu simpan berkisar antara 20 ± 2 oC . Lama simpan: 3 hari tanpa goyangan dan 5 hari dengan goyangan. Trombosit pekat berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada dewasa, rata-rata 5.000-10.000/uL. Efek samping yang mungkin timbul setelah transfusi trombosit pekat : urtikaria, menggigil, demam, aloimunisasi antigen trombosit donor.
Saat ini tersedia dua jenis preparat trombosit, yaitu:
1. Konsentrat unit tunggal yang disebut trombosit dari darah lengkap yang mengandung trombosit lebih dari 5,5 x 1010 yang tersuspensikan dalam sejumlah kecil plasma.
2. Konsentrat tromboforesis (platelet pheresis consentrates) disiapkan dari sitaferesis, mengandung minimal 3 x 1011 Trombosit (trombosit, feresis). Konsentrat tromboforesis dari satu donor mengandung eqivalen 6 – 8 unit trombosit yang berasal dari 6-8 donor acak darah lengkap. Prosedur hemaferesis memungkinkan kita memproses sejumlah besar darah dari satu donor karena sel darah merah dan elemen lain segera dikembalikan ke donor. Sejumlah besar plasma, trombosit atau sel darah putih juga dapat diolah dengan teknik ini. Konsentrasi tromboferesis berasal dari satu donor sehingga mengurangi jumlah pajanan donor dibandingkan dengan konsentrat yang dikumpulkan secara acak dan berasal dari darah lengkap. Akibatnya, risiko imunisasi atau infeksi terkait- transfusi berkurang.
Seperti dijelaskan terdahulu, satu unit konsentrat trombosit acak mengandung trombosit yang dikumpulkan dari satu unit darah lengkap (450 mL darah). Trombosit dipisahkan dari darah lengkap setelah dimasukkan ke dalam multipack dan diresuspensikan dalam 50 sampai 75 mL plasma. Trombosit dapat disimpan sampai 5 hari pada suhu 22oC pada agitator trombosit untuk mencegah penggumpalan trombosit. Trombosit memiliki masa hidup yang lebih singkat daripada sel darah merah dan bertahan hidup hanya 8 sampai 10 hari invivo, dibandingkan 120 hari pada sel darah merah. Kelangsungan hidup in vitro bahkan lebih singkat. Trombosit memiliki waktu simpan maksimum 5 hari, tetapi kelangsungan hidup dan efektivitas pascatransfusi sangat menurun selama penyimpanan.
2.6. Trombosit dengan Pengurangan Lekosit
Apabila diinginkan komponen trombosit dengan jumlah lekosit yang sudah dikurangi (indikasi sama dengan indikasi sel darah merah), sel-sel darah putih harus dieliminasi dengan efisiensi yang sama seperti untuk sel darah merah (yaitu 5 x 108 untuk FNHTR dan < 5 x 10 . untuk pencegahan CMV dan aloimunisasi).
2.7. Plasma Donor Tunggal
Isi utama plasma donor tunggal adalah plasma. Selain itu berisi pula faktor pembekuan stabil dan protein plasma. Volume berkisar antara 150-220 mL. Suhu simpan 4 ± 2 oC dan lama simpan sampai dengan 5 hari setelah tanggal kadaluarsa darah lengkap asal. Apabila disimpan pada suhu -18 oC atau lebih rendah, maka penyimpanan bisa sampai 5 tahun. Plasma donor tunggal berguna untuk meningkatkan volume plasma, meningkatkan faktor pembekuan stabil (Faktor pembekuan II, VII, X dan XI). Pelayanan yaitu cocok golongan ABO dengan eritrosit pasen. Efek samping pemberian plasma donor tunggal di antaranya: urtikaria, menggigil, demam dan hipervolemia.
2.8. Fresh Frozen Plasma (FFP) = Plasma Beku Segar (PSB)
Isi utama fresh frozen plasma (FFP) adalah plasma dan faktor pembekuan labil. Volume FFP berkisar antara 150 sampai 220 mL. Suhu simpan Fresh Frozen Plasma (FFP) adalah -18 oC atau lebih rendah. Lama simpan satu (1) tahun. FFP berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan labil apabila faktor pembekuan pekat/ kriopresipitat tidak ada. Pelayanan untuk FFP adalah cocok golongan darah ABO dengan eritrosit pasen. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. FFP berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan. Efek samping pemberian FFP adalah urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.
Fresh Frozen Plasma (FFP) merupakan bagian cair dari unit darah lengkap yang diambil dan dibekukan dalam 6 sampai 8 jam dan disimpan pada suhu -18oC. Karena diproses sedemikian cepat, plasma beku segar juga mengandung faktor koagulasi labil (VIII, V), semua faktor pembekuan lainnya, dan protein plasma.
Indikasi utama pemakaian plasma beku segar adalah pada defisiensi faktor pembekuan dengan gangguan hemostatik di mana masih belum diketahui faktor pembekuan apa yang menjadi penyebab atau terjadi defisiensi multipel. Plasma beku segar seyogyanya jarang, kalaupun pernah, diberikan untuk ekspansi volume. Namun larutan ini dapat secara memuaskan digunakan untuk rekonstitusi sel drah merah untuk transfusi tukar pada bayi baru lahir.
Plasma yang dibekukan dalam 24 jam setelah pengambilan dan plasma yang kurang mengandung kriopresipitat adalah produk sampingan persiapan komponen dan sering lebih murah daripada FFP. Kadar faktor-faktor koagulasi yang labil lebih bervariasi daripada FFP, tetapi produk ini memiliki kadar faktor koagulasi stabil, albumin, zat bakterisidal, opsonin dan konstituen lain yang sama dengan pada FFP. FFP yang kurang mengandung kriopresipitat (Cryoprecipitate-poor FFP) merupakan komponen pilihan yang digunakan untuk pengobatan Purpura Trombositopenik Trombotik (PTT) karena tidak mengandung multimer faktor von Willebrand (vWF) yang diperkirakan penting dalam patogenesis PTT dan berisi aktivitas protease pemecah vWF.
2.9. Kriopresipitat = Cryoprecipitate
Isi utama kriopresipitat adalah faktor pembekuan VIII, Faktor pembekuan XIII, Faktor von Willebrand dan Fibrinogen. Suhu simpan -18 oC atau lebih rendah. Lama simpan selama satu (1) tahun. Kriopresipitat berguna untuk meningkatkan faktor VIII, XIII, Faktor von Willebrand dan fibrinogen. Pelayanan Kriopresipitat adalah cocok golongan ABO dengan eritrosit pasen. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping setelah pemberian kriopresipitat adalah demam dan alergi.
Kriopresipitat merupakan bagian plasma yang dingin dan tidak larut yang diproses dari FFP. Kriopresispitat adalah residu gelatinosa yang diperoleh dengan membekukan dan mencairkan secara lambat plasma yang baru diambil. Kriopresipitat mengandung 80 sampai 100 IU faktor VIII, vWF dan sekitar 250 mg fibrinogen (minimum 150 mg) dalam volume 10-15 mL/ unit.
Kriopresipitat bermanfaat untuk mengobati perdarahan ringan sampai sedang pada pasen dengan penyakit von Willebrand. Apabila diperlukan konsentrasi vWF yang sangat tinggi, seperti pada perdarahan yang mengancam nyawa atau untuk prosedur bedah, lebih baik digunakan beberapa konsentrat komersial yang mengandung vWF.
2.10. Konsentrat Faktor VIII
Komponen ini adalah suatu konsentrat liofilisasi plasma yang berasal dari sampai 30.000 donor, yang terutama mengandung faktor VIII, tetapi juga sejumlah kecil fibrinogen dan protein lain. Tersedia preparat dengan kemurnian sedang, kemurnian tinggi dan kemurnian sangat tinggi yang sesuai dengan metode pemurniannya. Sebagian besar prosedur pemurnian antibodi monoklonal (afinitas) menghasilkan konsentrasi yang kemurniannya sangat tinggi dengan hanya sedikit protein pencemar. Kandungan faktor VIII spesifik (unit aktivitas faktor VIII per mg protein berbeda-beda dan hal ini dicantumkan di setiap vialnya. Rentang aktivitas faktor VIII total biasanya adalah 800 sampai 1600 IU/mg.

3. Tata cara memisahkan komponen darah
Pemisahan darah menjadi komponen darah, bisa dilakukan dengan cara manual, sentrifusing/ pemutaran atau dengan Hemaferesis.
3.1. Tata cara memisahkan komponen darah dengan cara manual
3.1.1 Metode open system dengan menggunakan kantong tunggal (single bag)
Komponen darah yang dihasilkan hanya sel darah merah pekat ((Packed Red Cells= PRC) dengan cara :
- Darah didiamkan dengan posisi tegak selama 24 jam
- Setelah sel darah merah mengendap pada dasar kantong , letakkan kantong tersebut pada plasma ekstraktor secara perlahan-lahan agar darah tidak tercampur kembali.
- Slang transfer bag di jepit dengan klem, lalu dilakukan penusukan pada tempat penusukan yang telah tersedia (outlet port)
- Buka klem dan alirkan plasma ke dalam transfer bag, tinggalkan plasma dalam kantong utama ± 2 cm dari permukaan sel darah merah pekat
- Jepit kembali dengan klem slang tersebut.
- Seal slang transfer bag dengan electric sealer atau hand sealer
- Lepaskan kantong utama berisi PRC dari transfer bag
- PRC yang dihasilkan harus segera disimpan dalam blood refrigerator dan harus ditransfusikan sebelum 6 jam.
- Transfer bag yang telah terisi Liquid plasma tidak dapat digunakan dan harus dimusnahkan.
3.1.2. Metode Close System dengan Menggunakan Kantong Ganda Dua (Double Bag)
Komponen Darah yang dihasilkan adalah Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cells) dan Liquid Plasma (Fresh Frozen Plasma) dengan cara:
1. Kantong satelit diidentifikasi dengan :
 Nomor kantong
 Golongan darah
 Tanggal pengambilan
 Tanggal pembuatan
 Jenis komponen darah  Tanggal kadaluarsa
 Suhu simpan
 Volume
 Petugas
2. Darah didiamkan dengan posisi tegak selama 24 jam
3. Setelah sel darah merah mengendap pada dasar kantong , letakkan kantong tersebut pada plasma ekstraktor secara perlahan-lahan agar darah tidak tercampur kembali.
4. Slang penghubung antara kantong utama dengan kantong satelit di jepit dengan klem, lalu buka click tip antara kantong utama dengan kantong satelit.
5. Buka klem dan alirkan plasma ke dalam kantong satelit, tinggalkan plasma dalam kantong utama ± 2 cm dari permukaan sel darah merah pekat
6. Jepit kembali dengan klem slang penghubung tersebut.
7. Seal slang penghubung dengan electric sealer atau hand sealer
8. Lepaskan kantong utama berisi PRC dari kantong satelit
9. PRC yang dihasilkan segera disimpan dalam blood refrigerator
10. Liquid plasma dalam kantong satelit dapat disimpan dalam blood refrigerator dan harus digunakan sebelum 6 jam.

3.2. Tata cara memisahkan komponen darah dengan Sentrifusing/Pemutaran
Pilihan Komponen Darah:
A. Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cells) dan Liquid Plasma (Fresh Frozen Plasma) dengan cara:
1. Kantong satelit diidentifikasi .
2. Darah berikut mangkok sentrifuge diseimbangkan pada balance
3. Mangkok sentrifuge yang sudah seimbang ditempatkan ke dalam sentrifuge dengan posisi berhadapan dan kantong darah sejajar kuping cup.
4. Pemutaran darah dilakukan dengan kecepatan 1.500 xG, pada suhu 4 oC selama 30 menit.
5. Mangkok sentrifuge diangkat perlahan , darah ditempatkan pada kantong utama pada plasma ekstraktor dengan perlahan agar darah tidak tercampur kembali, jepit, buka slang penghubung antara kantong utama dengan kantong satelit.
6. Plasma dialirkan ke dalam kantong satelit, plasma ditinggalkan dalam kantong utama ± 3 cm dari permukaan sel darah merah pekat.
7. Selang penghubung antara kantong utama dengan kantong satelit diseal dengan elektrik sealer. Slang penghubung digunting. Didapatkan komponen darah Packed Red Cells (PRC) dan Liquid Plasma (LP). Tulis volume komponen darah pada label/ identitas.
8. Packed Red Cells (PRC) dan Liquid Plasma ( LP) disimpan dalam lemari pendingin darah (blood bank refrigerator) pada suhu 2-6 oC.
B. Pembuatan LP menjadi Fresh Frozen Plasma (FFP)
1. Campuran alkohol 96% ditambah Dry Ice disiapkan ke dalam wadah termos sehingga mencapai suhu -55 oC.
2. Liquid Plasma (LP) dimasukkan ke dalam campuran tersebut selama 30 menit, atau dimasukkan ke dalam freezer suhu -20 oC atau -30oC.
C. Pengolahan Komponen Darah Dalam kantong Ganda Tiga
Pilihan Komponen Darah:
1. Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cells) , Trombosit pekat (Thrombocyte Concentrate), Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)/ Plasma Cair (Liquid Plasma)
2. Sel darah Merah Pekat (Packed Red Cells ) dan Anti Hemophili Faktor (Cryo) dan Plasma cair (Liquid Plasma)
3. Sel Darah Merah Pekat, Buffy coat (BC) dan Plasma Cair (Liquid Plasma )/ FFP
Ad 1. Sel Darah Merah Pekat (PRC) , Thrombosit pekat (TC), Plasma Segar Beku (FFP)/ Plasma Cair (Liquid Plasma)
1. Kantong satelit diIdentifikasi terhadap:
 Nomor kantong
 Golongan darah
 Tanggal pengambilan
 Tanggal pembuatan
 Jenis komponen darah  Tanggal kadaluarsa
 Suhu simpan
 Volume
 Petugas
2. Darah berikut mangkok sentrifude diseimbangkan pada balance.
3. Mangkok sentrifuge yang sudah seimbang ditempatkan ke dalam sentrifuge dengan posisi berhadapan kantong sejajar kuping cup.
4. Putar 375 XG pada suhu 22 oC selama 15 menit.
5. Mangkok sentrifuge diangkat perlahan, kantong utama (Whole Blood) ditempatkan pada plasma ekstraktor dengan perlahan agar darah tidak tercampur kembali , jepit, klem plastik/ aluminium ring dipasang pada slang penghubung antara kantong utama dengan kantong satelit.
6. Plasma dialirkan ke dalam kantong satelit , plasma ditinggalkan dalam kantong utama ± 2 cm dari permukaan sel darah merah pekat.
7. Slang penghubung antara kantong utama dengan kantong satelit di seal dengan electric sealer. Kantong utama berisi PRC dilepaskan dari rangkaian.

Pembuatan Plasma menjadi Trombosit konsentrat
1. Plasma Rich Platelet (PRP) berikut mangkok centrifuge diseimbangkan pada balance.
2. Mangkok sentrifuge yang sudah seimbang ditempatkan pada sentrifuge dengan posisi berhadapan.
3. Plasma diputar 1500 XG pada suhu 22 oC selama 15 menit.
4. Cup sentrifuge diangkat dengan perlahan, kantong plasma (Platelet Rich Plasma) ditempatkan pada plasma ekstraktor, jepit dan klem selang penghubung dilepaskan.
5. Supernatan (Platelet Poor Plasma= PPP) ke dalam kantong satelit II, plasma ditinggalkan sebanyak 30-50 mL dalam kantong satelit I (Thrombocyte Concentrate=TC).
6. Slang penghubung PPP dengan TC di seal dengan electric sealer, gunting. Didapatkan komponen darah PRC, TC dan LP.

Ad.2. Sel darah Merah Pekat (PRC) dan Anti Hemophili Faktor (Cryo) dan Plasma cair (LP)
1. Kantong satelit diidentifikasi terhadap:
 Nomor kantong
 Golongan darah
 Tanggal pengambilan
 Tanggal pembuatan
 Jenis komponen darah  Tanggal kadaluarsa
 Suhu simpan
 Volume
 Petugas
2. Darah berikut mangkok sentrifude diseimbangkan pada balance.
3. Mangkok sentrifuge yang sudah seimbang ditempatkan ke dalam sentrifuge dengan posisi berhadapan kantong sejajar kuping cup.
4. Darah (Whole Blood) diputar 1500 XG pada suhu 4 oC selama 30 menit.
5. Mangkok sentrifuge diangkat perlahan, kantong utama (Whole Blood) ditempatkan pada plasma ekstraktor dengan perlahan agar darah tidak tercampur kembali , jepit, klem plastik/ aluminium ring dipasang pada slang penghubung antara kantong utama dengan kantong satelit.
6. Plasma dialirkan ke dalam kantong satelit, plasma ditinggalkan dalam kantong utama ± 3 cm dari permukaan sel darah merah pekat
7. Slang penghubung antara kantong utama dengan kantong satelit di seal dengan electric sealer. Kantong utama berisi PRC dilepaskan dari rangkaian.Tulis volume komponen darah pada label identitas.
8. Simpan PRC dalam Blood Bank refrigerator pada suhu 2 oC - 6 oC.
9. Campuran alkohol+ Dry Ice disiapkan dalam wadah termos sehingga suhu mencapai -55 oC.
10. Masukkan plasma dalam campuran alkohol 96% + Dry Ice dalam wadah termos selama 30 menit, kantong satelit II ditempatkan di luar termos.
11. FFP disimpan dalam blood bank refrigerator suhu 2 oC - 6 oC selama 12-14 jam.
12. Plasma yang sudah cair berikut mangkok sentrifuge diseimbangkan pada balance.
13. Mangkok sentrifuge yang sudah seimbang ditempatkan pada sentrifuge dengan posisi yang berhadapan.
14. Plasma yang sudah cair diputar 1.500 XG pada suhu 4 oC selama 30 menit.
15. Mangkok centrifuge diangkat perlahan, kantong plasma ditempatkan pada plasma ekstraktor, jepit dan klem slang penghubung dilepaskan.
16. Supernatan dialirkan ke kantong satelit II, plasma ditinggalkan sebanyak 15 – 20 mL dalam kantong satelit I ( yang berisi AHF).
17. Slang penghubung AHF dengan LP di seal kemudian rangkaian dilepaskan.
18. Tulis volume komponen darah pada label/ identitas.
19. Simpan LP dalam lemari pendingin darah pada suhu 2 oC - 6 oC atau dapat disimpan beku dalam freezer suhu -20 oC atau -30 oC.
20. Campuran alkohol 96% + Dry Ice disiapkan dalam wadah termos sehingga suu mencapai -55 oC.
21. AHF dimasukkan dalam campuran alkohol 96% + Dry Ice dalam wadah termos selama 30 menit atau dimasukkan dalam freezer -50 oC.
22. AHF disimpan dalam Freezer -50 oC.

Ad.3. Sel Darah Merah Pekat, Buffy coat (BC) dan Plasma Cair (LP)/ FFP
1. Kantong satelit diidentifikasi terhadap:
 Nomor kantong
 Golongan darah
 Tanggal pengambilan  Tanggal pembuatan
 Jenis komponen darah
 Tanggal kedaluarsa  Suhu simpan
 Volume
 Petugas
2. Darah berikut mangkok sentrifude diseimbangkan pada balance
3. Mangkok sentrifuge yang sudah seimbang ditempatkan ke dalam sentrifuge dengan posisi berhadapan kantong sejajar kuping cup.
4. Darah (Whole Blood) diputar 1500 XG pada suhu 4 oC selama 30 menit.
5. Mangkok sentrifuge diangkat perlahan, kantong utama (Whole Blood) ditempatkan pada plasma ekstraktor dengan perlahan agar darah tidak tercampur kembali , jepit, klem slang penghubung antara kantong satelit, gunakan klem plastik atau aluminium ring, buka slang penghubung antara kantong utama dengan kantong satelit I.
6. Plasma dialirkan ke kantong satelit II sebanyak mungkin, jangan sampai terbawa sel darah merah.
7. Slang penghubung kantong utama dengan kantong satelit I diseal dengan klem plastik atau aluminium ring.
8. Alirkan lekosit/ Buffy Coat ke dalam kantong satelit II, klem slang antara kantong II dengan kantong utama.
9. Klem slang penghubng kantong utama dengan kantong satelit I dibuka, alirkan plasma ke kantong utama sehingga didapatkan PRC dengan hematokrit tidak lebih 70%.
10. Slang penghubung kantong utama dengan kantong satelit I diseal dengan elektric sealer . PRC dilepaskan dari rangkaian.
11. Slang penghubung kantong satelit I, dengan kantong satelit II dibuka. Plasma dialirkan ke dalam kantong satelit II, sehingga buffy coat tidak terlalu pekat (berwarna merah muda).
12. Slang penghubung kantong satelit I, dengan kantong satelit II diseal dengan electric sealer. Rangkaian dilepaskan.
13. Diperoleh komponen darah PRC+ BC + LP.
Volume komponen darah ditulis pada label/ identitas.
Komponen darah ini disimpan dalam blood bank refrigerator pada suhu 2 oC - 6 oC
14. Campuran alkohol 96% + Dry Ice disiapkan dalam wadah termos sehingga mencapai suhu -55 oC.
15. Liquid Plasma (LP) dimasukkan dalam campuran alkohol 96% + Dry Ice dalam wadah termos selama 30 menit atau dimasukkan ke dalam freezer -50oC. Simpan FFP dalam freezer pada suhu -20oC atau -30oC.

D. PENGOLAHAN KOMPONEN DARAH MERAH CUCI (WASHED RED BLOOD CELLS= WE )
1. Kantong satelit diidentifikasi terhadap:
 Nomor kantong
 Golongan darah
 Tanggal pengambilan  Tanggal pembuatan
 Jenis komponen darah
 Tanggal kedaluarsa  Suhu simpan
 Volume
 Petugas
2. Semua jarum dijepit dengan klem plastik atau aluminium ring.
3. Klem jarum besar satu buah dibuka, pindahkan PRC ke dalam Washing bag.
4. NaCl 0,9% ditambahkan ke dalam washing bag, sampai mencapai volume/ kapasitas dari kantong tersebut, gunakan jarum kecil yang berpasangan dengan jarum besar tadi.
5. Slang jarum yang sudah terpakai diseal dengan electric sealer, lepaskan dari rangkaian.
6. Darah dihomogenkan dengan NaCl 0,9%.
7. Darah berikut mangkok sentrifuge diseimbangkan dengan balance.
8. Mangkok sentrifuge yang sudah seimbang ditempatkan di dalam sentrifuge dengan posisi berhadapan sejajar kuping cup.
9. Putar 1.500 XG pada suhu 4 oC selama 30 menit.
10. Mangkok sentrifuge diangkat perlahan, kantong darah ditempatkan pada plasma extractor dengan perlahan agar darah tidak tercampur kembali, jepit, klem jarum besar dibuka.
11. Supernatan dibuang ke dalam wadah yang sudah ada larutan desinfektan di dalamnya.
12. NaCl 0,9% ditambahkan ke dlam washing bag tadi, sampai mencapai volume/ kapasitas dari kantong tersebut, gunakan jarum kecil yang berpasangan dengan jarum besar tadi.
13. Slang jarum yang sudah terpakai diseal dengan electric sealer, lepaskan dari rangkaian.
14. Lakukan pencucian sampai tiga kali.
15. NaCl 0,9% ditambahkan ke dalam kantong Darah Merah Cuci, sehingga nilai hematokritnya tidak melebihi 70%. Tulis volume WE pada label/ identitas.
16. WE disimpan di dalam lemari pendingin darah pada suhu 2 oC - 6 oC.

GAMBAR CENTRIFUSING DAN KOMPONEN DARAH
1. Darah donor diputar, kemudian dipisahkan menjadi komponen:
Darah Merah Pekat
Trombosit Pekat
Plasma






2. Darah Lengkap (Whole Blood)




3. Komponen Darah Merah Pekat (Packed Red Cells)


4. Komponen Trombosit Pekat







5. Komponen Plasma Segar Beku

6. Komponen Plasma Cair (Liquid Plasma) dan Kriopresipitat

Penyimpanan Darah Invitro

Penyimpanan darah invitromerupakan upaya untuk mengurangi perubahan-perubahan yang terjadi pada sel darah selama disimpan, karena bagaimanapun suasana invitro sangatlah berbeda dengan lingkungan invivo.
2. Ulasan tentang metabolisme darah invivo dibandingkan dengan darah invitro
1.1. Metabolisme Darah Invivo
Di dalam tubuh manusia normal atau invivo, sel darah terdapat dalam keseimbangan yang dinamis, yaitu keseimbangan antara pembentukan (produksi) dan penghancuran (destruksi), sintesis dan pemecahan protein dan lain-lain. Sel darah memerlukan energi untuk mempertahankan bentuk sel dan melakukan fungsi sel. Untuk mendapatkan energi, maka sel memerlukan bahan-bahan serta oksigen untuk metabolisme. Metabolisme dalam eritrosit merupakan proses glikolitik (pemecahan glukosa), memerlukan hampir 20 macam enzim, memerlukan 2 mol ATP, memproduksi 4 mol ATP dengan hasil akhir 2 mol ATP. ATP merupakan sumber energi, hasil akhirnya asam laktat.
1.2. Metabolisme darah invitro
Umur eritrosit dalam tubuh adalah 120 hari, sehingga setiap hari sekitar 1% eritrosit hancur dan diikuti pembentukan sel baru. Dalam darah invitro, seeperti dalam kantung darah, tidak ada keseimbangan antara produksi dan destruksi, sintesis dan pemecahan protein. Hanya ada destruksi tanpa ada produksi.Di samping itu kondisi-kondisi lainpun tidak sama, maka penghancuran terjadi lebih cepat. Sel darah memerlukan energi. Untuk mendapatkan energi perlu metabolisme yang memerlukan bahan-bahan serta oksigen. Dengan demikian tujuan penyimpanan darah secara invitro dengan proses yang khusus adalah untuk memperlambat proses penghancuran untuk mengimbangi ketiadaan proses peremajaan. Cara yang paling penting untuk penyimpanan darah invitro yaitu menyimpan darah pada suhu rendah (2 oC - 6 oC) sehingga metabolismenya diperlambat dan pemberian cadangan kalori yaitu dextrose.
2. Syarat-syarat penyimpanan darah invitro
Cara penyimpanan darah invitroharus dapat harus dapat memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Mempertahankan sel darah tetap hidup
2. Mempertahankan sel darah tetap berfungsi

Harus diperhatikan 2 faktor penting:
1. Suhu simpan
2. Pengawet/ pelindung.

3. Antikoagulan dan cairan pengawet darah
Dalam perkembangannya pengawet dipakai untuk menyimpan darah dalam bentuk cair, makin lama makin dilengkapi komposisinya dengan tujuan agar masa simpan darah invitro dapat diperpanjang.
3.1. Pengertian Antikoagulan Dan Cairan Pengawet
Antikoagulan adalah zat yang mencegah terjadinya pembekuan darah. Antikoagulan yang digunakan untuk kepentingan transfusi adalah sitrat. Antikoagulan sitrat digunakan sebagai antikoagulan, karena mempertahankan darah tetap dalam keadaaan cair dengan mengikat kalsium (Ca2+) dalam darah, aman bagi manusia, efek samping keracunan terjadi apabila konsentrasi tinggi dengan gejala semutan sekitar mulut dan rasa tertekan pada diafragma akibat dari turunnya kadar kalsium (Ca2+) dalam darah. Netralisasi sitrat dengan memberikan kalsium glukonas 10% sebanyak 10 mL untuk dewasa dan 4-6 mL untuk bayi. Keracunan dapat terjadi pada keadaan transfusi banyak dan cepat, transfusi pada pasen gangguan hati, transfusi tukar pada bayi 5 mL/ unit.
3.2. Macam-macam antikoagulan dan cairan pengawet
Jenis- jenis antikoagulan dan pengawet darah dalam penyimpanan bentuk cair:
1. Natrium Sitrat konsentrasi 3,4 -3,8%
Merupakan antikoagulan yang paling sederhana, dimana hanya dapat mengawetkan darah pada 4oC selama 2-3 hari saja.
2. ACD = Acid – Citric – Dextrose
Dengan penambahan dekstrosa, mas simpan darah dapat diperpanjang menjadi 3 minggu (21 hari). Dekstrose merupakan bahan energi untuk sintesa senyawa Phosphat organik terutama difosfogliserat (DPG) dan Adenosin triphosphat (ATP).
3. CPD = Citric – Phosphate – Dextrose
Dengan penambahan senyawa phosphat, maka sel darah mendapat tambahan sumber energi, kondisi darah dalam larutan CPD umumnya lebih baik dari pada dalam larutan ACD, yaitu hemolisis yang terjadi lebih ringan, juga viabilitas sel post transfusi juga lebih baik karena fungsi transpor oksigen lebih baik. Jadi CPD merupakan penyempurnaan dari ACD. Masa simpan darah dalam larutan CPD adalah 28 hari.
4. CPD-A= Citric – Phosphate – Dextrose- Adenin
Dengan menambahkan 17 mg Adenin ke dalam komposisi larutan CPD, masa simpan darah dapat diperpanjang jadi 35 hari (5 minggu), ini lebih sempurna lagi, karena adenin jadi menambah kadar ATP darah simpan.
3.3. Sistem Aditif
Sistem aditif atau pengawet penting untuk menjaga daya hidup sel darah merah, umumnya terdiri dari glukosa (gula) dan adenosine triphosphat (ATP). Sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara ATP, glukosa dan pH. Sistem aditif yang umum digunakan adalah CPDA, larutan ini mengandung dektrose dan adenin yang bersama-sama membantu sel darah mempertahankan ATP selama penyimpanan, serta sitrat yang menjaga agar darah tidak menggumpal. Penyimpanan pada suhu antara 2 oC sampai 6 oC sangat penting untuk menjaga agar dekstrose tidak cepat habis.
Penyimpanan darah dalam bentuk cair dan beku
Cara Penyimpanan Darah:
1. Penyimpanan dalam bentuk cair
2. Penyimpanan dalam bentuk beku
4.1. Penyimpanan dalam bentuk cair
Suhu Simpan
1. Komponen – komponen darah mempunyai suhu simpan optimal yang berbeda-beda.
2. Eritrosit dalam bentuk cair:
Suhu optimal : 4 ± 2 oC
Metabolisme:1/40 x pada 37 oC
Suhu maksimum menyimpan darah adalah 10 oC, di atas suhu tersebut perusakan eritrosit berlangsung cepat. Suhu 0 oC merusak, karena terjadi pembekuan air yang dapat merusak membran sel kecuali dengan proses tertentu.
Suhu simpan komponen darah dalam bentuk cair
Suhu Jenis Komponen
4 oC ± 2 oC Darah Lengkap
Darah Merah Pekat (PRC)
Plasma
22 oC ± 2 oC Trombosit Pekat
Leukosit Pekat

4.2. Penyimpanan dalam bentuk beku
Tujuan penyimpanan darah dalam bentuk beku adalah untuk memperpanjang masa simpan darah invitro.
Komponen darah yang bisa disimpan dalam bentuk beku di antaranya: eritrosit, trombosit, sel induk darah. Di samping itu Kriopresipitat dan FFP juga disimpan dalam bentuk beku. Penyimpanan beku trombosit dinilai kurang efisien karena kerusakan trombosit pada penyimpanan beku lebih dari 5%.
Pelindung: Untuk menyimpan beku eritrosit, dipakai pelindung gliserol Dalam kadar yang kecil gliserol tidak toksik bagi tubuh. Untuk menyimpan beku sel induk darah dan trombosit dipakai DMSO (Dimetil Sulfoksida)
Suhu Jenis Komponen
-18 oC ± 30 oC Plasma Segar Beku
Kriopresipitat
-85oC Darah Merah Pekat
Sel induk darah (Stem cells)
-196oC Sel induk darah (Stem cells)

6.2. Lama simpan darah: bentuk cair/ bentuk beku
1. Lama Simpan Darah Lengkap dalam bentuk cair berdasarkan Jenis Pengawet Darah
Pengawet Darah Lama simpan
ACD : Acid – Citric – Dextrose
21 hari
CPD : Citric – Phosphate – Dextrose
21 hari
CPD-A : Citric – Phosphate – Dextrose- Adenine

35 hari

2. Lama simpan: Eritrosit maupun sel induk darah dapat disimpan beku selama 3 tahun. Saat ini yang dilaksanakan di sini hanya penyimpanan beku kriopresipitat dan FFP.
6. Alat-alat dan melakukan cara penyimpanan darah invitro serta kondisi yang diperlukan
7.1 Alat Penyimpanan Darah
Darah sebaiknya disimpan dalam lemari es khusus untuk darah yang mampu menjaga suhunya antara 2-6 oC. Apabila tempat anda tidak memiliki lemari es khusus, dapat digunakan lemari es biasa dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
- pintu lemari es hanya boleh dibuka saat menyimpan dan mengeluarkan darah.
- Penempatan darah harus sedemikian rupa sehingga terjadi sirkulasi udara di antara kantung-kantungnya. Kantung darah dapat diposisikan berdiri dalam
keranjang atau mendatar di atas rak lemari es.
- Jangan menyimpan darah pada pintu lemari es.
Jangan menyimpan darah di dekat lemari pembeku (freezer)
- Jangan menyimpan makanan dan minuman bersama darah.
7.2. Cara menyimpan darah: bentuk cair/beku,
7.3. Tanda pada alat penyimpan darah,
7.4. Monitoring suhu,
7.5. Penggunaan dan perawatan alat yang baik,

7. Tujuan, manfaat dan kendala penyimpanan darah dalam bentuk beku.
Tujuan penyimpanan darah dalam bentuk beku adalah untuk memperpanjang masa simpan darah invitro.
Kegunaan:
Penyimpanan beku eritrosit, berguna untuk:
1. Penyimpanan darah langka
2. Menyimpan darah otologus
3. Menyimpan persediaan darah di negara maju
4. Penyimpanan beku sel induk darah berguna untuk keperluan transplantasi sumsum tulang
Apabila ditemukan suhu penyimpanan tidak berada di antara 2oC sampai 6 oC, kemungkinan penyebabnya adalah:
- Insulator kotak tersebut tidak bagus atau bocor, sehingga kotak harus diganti.
- Kotak es yang ada tidak cukup banyak.
- Kotak es yang ada kurang dingin atau belum membeku, sehingga lemari pembeku (freezer) perlu diperiksa.


DISTRIBUSI DARAH
Pengambilan darah dari Lemari Penyimpanan
- Sistem FIFO (First in first out)
- Ambil golongan darah resipien yang ditetapkan.
- Keadaan darah harus baik (tidak hemolisis, tidak berubah warna).
- Kelengkapan dan kejelasan label kantong darah.

3.4. Ketidaksesuaian golongan darah pada pemeriksaan ulang dengan pemeriksaan pendahuluan harus diinformasikan kepada bagian yang terkait dan harus diselesaikan/ dikonfirmasikan sebelum darah tersebut dikeluarkan untuk transfusi.

3.5.Pemeriksaan Kecocokan darah Donor dan Darah Penderita (Reaksi Silang)
Pemeriksaan uji silang serasi adalah suatu rangkaian prosedur yang diperlukan sebelum darah diberikan kepada resipien. Tujuan pemeriksaan ini untuk memastikan ada tidaknya aloantibodi pada darah resipien yang akan bereaksi dengan darah donor bila ditransfusikan atau sebaliknya.
Walaupun golongan ABO dan Rhesus resipien dan donor telah diketahui, mutlak dilakukan uji silang serasi, karena masih dimungkinkan terjadinya reaksi transfusi.
a. Spesimen donor
Diambil dari potongan selang kantong darah donor.
b. Pemeriksaan Golongan darah ABO
Golongan darah ABO donor harus diperiksa ulang, walaupun darah tersebut sudah berlabel golongan darah yang sama dengan golongan darah pasen.
c. Pemeriksaan golongan darah Rhesus (D)
Bila resipien bergolongan Rhesus positip (D+), pemeriksaan ulang Rhesus (D) darah donor tidak dilakukan. Bila spesimmen bergolongan Rhesus negatip(D-), pemeriksaan ulang golongan Rhesus (D) dan faktor Du darah donor harus dilakukan. Hanya darah donor Rhesus negatip (D-), dengan faktor Du negatif yang dapat diberikan pada penderita golongan darah Rhesus negatif (D-).
d. Ketidaksesuaian golongan darah donor pada pemeriksaan konfirmasi, harus dilaporkan pada bagian pemeriksaan pendahuluan dan bagian terkait. Hal ini harus diselesaikan dengan tuntas sebelum darah tersebut dikeluarkan untuk
transfusi.

1. Uji Silang Serasi
Uji silang serasi adalah mereaksikan darah donor dengan darah resipien invitro.
a. Reaksi silang dilakukan antara darah donor dan darah pasien yang sesuai golongan darah ABO dan Rhesus (D) nya.
b. Reaksi silang Mayor dan Minor
Reaksi silang Mayor, Minor dan Auto kontrol harus dilakukan secara bersamaan dalam 3 (tiga) fase:
• Fase I, fase suhu kamar di dalam medium saline
• Fase II, fase inkubasi suhu 37oC di dalam medium Bovine Albumin 22%.
• Fase III, Fase Uji Antiglobulin.
b.1 Uji Silang mayor
Dilakukan dengan cara mereaksikan serum pasien dengan sel darah merah donor. Tujuannya untuk memeriksa ketidakcocokkan karena adanya aloantibodi regular dan iregular dalam serum pasen terhadap antigen sel drah merah donor.
b.2 Uji Silang Minor
Dilakukan dengan cara mereaksikan plasma donor dengan sel darah merah pasen. Tujuannya untuk memeriksa ketidakcocokkan karena adanya aloantibodi regular dan iregular dalam plasma donor terhadap antigen sel darah merah pasien
b.3 Uji silang autokontrol
Dilakukan dengan cara mereaksikan serum pasien dengan sel darah merah resipien. Tujuannya untuk memeriksa ketidakcocokkan karena adanya aloantibodi regular dan iregular dalam serum pasen terhadap antigen sel darah merah pasen.
2. Hasil Reaksi Silang
a. Bila reaksi silang mayor, Minor, dan Auto kontrol fase I sampai fase III tidak menunjukkan reaksi hemolisis dan aglutinasi, darah donor tersebut diinterpretasikan kompatibel (cocok), dan darah dapat ditransfusikan.
b. Bila reaksi silang mayor, Minor, dan Auto kontrol fase I sampai fase III menunjukkan adanya reaksi hemolisis dan aglutinasi, darah donor tersebut diinterpretasikan inkompatibel (tidak cocok), dan darah tidak dapat ditransfusikan.
c. Bila reaksi silang inkompatibel pada minor, darah donor tidak dapat ditransfusikan. Pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pemeriksaan Direct Coombs Test (DCT) dan uji saring aloantibodi.
3. Kontrol negatip uji Silang
Hasil uji silang negatip harus dilanjutkan dengan penambahan Coombs Control Cells (CCC). Hasil penambahan CCC harus positip. Jika hasil tetap negatip dan dinyatakan invalid dan uji silang harus diulang kembali.
4. Uji silang terhadap beberapa unit darah donor
a. Uji silang Mayor
Uji Silang Mayor harus dilakukan dengan mereaksikan serum resipien dengan
masing-.masing sel darah merah donor (tidak boleh di pool)
b. Uji Silang Minor
Uji Silang minor harus dilakukan dengan mereaksikan masing-masing plasma
donor dengan sel darah merah pasien (tidak boleh dipool).
c. Uji Silang Auto kontrol darah pasen
Mereaksikan darah pasen dengann darah merah pasen.
d. Uji silang Auto Pool Darah Donor
Mereaksikan plasma pool donor dengan pool sel darah merah donor. Darah donor dapat dipool maksimum 3 donor.
e. Uji Silang antar Pool Donor
Mereaksikan plasma pool 1 donor dengan sel darah merah pool 2 donor. Uji silang antar pool donor dilakukan apabila jumlah donor minimal 6 orang.
f. Uji silang transfusi tukar pada Bayi lahir dengan hemolitik (HDN).
f.1 Uji silang pertama untuk Transfusi tukar (Exchange Transfusion pada bayi) dilakukan dengan mereaksikan serum bayi dengan sel darah merah donor.
f.2 Lakukan uji direct Coombs Test terhadap sel darah merah bayi.
f.3 Uji silang kedua untuk transfusi tukar. (Exchange Trnasfusion pada bayi) dilakukan dengan mereaksikan serum bayi dengan sel darah merah donor.
5. Penanganan darah inkompatibel
Darah inkompatibel adalah darah resipien yang pada uji silang serasi memberikan hasil ketidakcocokkan dengan darah donor, dengan demikian darah donor tidak dapat ditransfusikan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab inkompatibel.
Apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan lanjutan, UTDRS harus merujuk ke UTD yang mampu melakukan pemeriksaan lanjutan.
Hal-hal yang dapat menyebabkan reaksi inkompatibel antara lain:
1) Kesalahan dalam menetapkan golongan darah
Kesalahan sering terjadi dalam pemeriksaan golongan darah dengan hasil positip atau negatip palsu, karena:
a. Teknik kerja yang tidak memenuhi PKS
b. Kondisi reagensia dan sel uji ABO yang tidak memenuhi persyaratan
c. Masalah pada kondisi sel darah merah spesimen, yang didapat dari resipien dengan kondisi:
– pasca transfusi darah atau transplantasi sumsum tulang
– Antigen lemah, misalnya: subgrup lemah dari antigen A dan Acquired B (misalnya pada Ca colon, Ca paru, dll).
– Penyakit Leukemia atau penyakit keganasan yang lain.
– Konsentrasi serum protein yang tidak normal, misalnya: infus makromolekul, multipel myeloma.
– Konsentrasi substansi A dan B yang tinggi dalam serum.
– Antibodi yang reaktif pada suhu dingin.
d. Masalah pada kondisi serum spesimen, yang didapat dari resipien dengan kondisi:
- gumpalan fibrin
- Konsentrasi protein yang abnormal misalnya: formasi Rouleaux, ratio serum protein, makromolekul plasma expander.
- Terdapat antibodi selain anti-A dan anti-B.
- Bahan pengencer sebagai pengawet sel A dan B mengandung antibodi.
- Kadar imunoglobulin yang rendah.
- Darah bayi usia < 4-6 bulan (tidak terlihat serum typing).
- Titer komplemen yang tinggi pada Anti-A dan anti-B
- Transplantasi dengan ABO berbeda.
Pemeriksaan lanjutan pada ketidakcocokan golongan darah ABO:
1. Periksa ulang dengan memakai sampel darah yang baru. Serum harus mengandung komplemen, sehingga antibodi yang mengikat komplemen dapat terdeteksi.
2. Lakukan pemeriksaan darah dengan teknik pre warmed (pemanasan 37ºC), untuk kasus Auto Immune Haemolytic Anaemia (AIHA) tipe dingin.
3. Lakukan pemeriksaan Direct Coombs Test (DCT).

6. Kesalahan pada uji silang serasi.
Kesulitan-kesulitan sering terjadi pada uji silang serasi.Untuk mendapat hasil uji silang yang sempurna, harus dilakukan 3 fase:
Fase 1 : Fase suhu kamar di dalam medium salin.
Fase ini dapat mendeteksi:
Antibodi komplit yang bersifat IgM (Antibodi dingin),misalnya:
- Ketidakcocokkan pada golongan darah ABO.
- Adanya antibodi komplit, seperti: anti M, anti Lewis, anti-N, anti P-1, anti-A1, anti-H, anti-I.

Fase II: Fase inkubasi 37oC di dalam medium Bovine albumin
Fase ini akan dapat mendeteksi beberapa antibody sistem Rhesus, seperti: anti D, anti-E, anti-c, dan antibodi lainnya seperti anti-Lewis.
Pada fase ini antibodi inkomplit dapat mengikat sel darah merah sehingga pada fase III dengan bantuan penambahan Coomb’s serum terjadi reaksi positip. Antibodi inkomplit adalah anti-D, anti-E, anti-e, anti-C, anti-c, anti-Duffy, anti-Kell, anti-Kidd, anti-S, dan lain-lain.
Fase III: Fase Uji Antiglobulin
Semua antibodi inkomplit yang terikat pada sel darah merah di fase II akan beraglutinasi (positip) setelah penambahan Coomb’s serum.

Uji silang dapat memberikan hasil negatif palsu, oleh karena itu:
1. NaCl 0,9% (saline) harus bersih, jernih, tidak berwarna dan tidak terkontaminasi dengan serum.
2. Suhu inkubator harus 37oC.
3. Waktu inkubasi harus tepat.
4. Pencucian sel darah merah harus bersih.
5. Hasil negatip harus dikontrol dengan menggunakan Coombs Control Cells.
Uji silang dapat memberikan hasil positip (inkompatibel), karena:
1. Antibodi inkomplit
2. Autoantibodi dalam serum pasen
3. Antibodi yang tidak termasuk dalam sistem golongan darah
4. Tidak ditemukannya kelainan immunolodi dalam serum pasen.

Langkah lanjutan bila didapatkan hasil darah inkompatibel:
1. Inkompatibel pada Mayor
Darah donor tidak boleh diberikan pada pasen. Lakukan pemeriksaan lanjutan Skrining dan Identifikasi Antibodi terhadap darah pasen. Bila didapatkan irregular aloantibodi yang spesifik pada serum pasen, maka dapat dicarikan darah donor yang tidak melawan antibodi yang ada pada pasen.
2. Inkompatibel pada Minor
Dalam keadaan darurat pasen dapat diberikan darah donor berupa Packed Red Cells (sel darah merah pekat), bila uji silang mayor negatip.
3. Pada pasien penderita Auti Immune Hemolityc Anemia (AIHA) type hangat, hasil uji silang serasi selalu inkompatibel.
Dalam keadaan mendesak dapat diberikan darah donor yang hasil reaksi Uji Silang Serasinya inkompatibel pada mayor dan minor yang hasil reaksinya lebih lemah dibandingkan reaksi sel darah merah pasien (auto kontrol). Dalam pemberian transfusi harus berhati-hati, karena ada reaksi aloantibodi yang tidak terdeteksi dalam pemeriksaan skrining dan identifikasi antibodi. Oleh karena itu pemberian transfusi harus di bawah pengawasan dokter. Kadar Hb pasien pasca transfusi tidak boleh melebihi 8 g/dL.
4. Pada pasen penderita AIHA type dingin, transfusi umumnya tidak diperlukan. Dalam keadaan mendesak transfusi dapat diberikan, dengan cara : darah sebelum ditransfusi dihangatkan terlebih dahulu, agar sel darah merah donor tidak disensitisasi atau dirusak oleh auto antibodi penderita. Pemberian transfusi harus dibawah pengawasan dokter. Washed Red Cell tidak dianjurkan, karena komplemen dalam darah donor sudah tidak aktif lagi setelah penambahan stabilisator ACD-A

Ringkasan
1. Setiap orang dewasa sehat yang memenuhi syarat dapat menyumbangkan darahnya.
2. Darah sebaiknya dipisahkan menjadi komponen-komponen darah.
3. Pemberian komponen darah lebih bermanfaat bagi semua (Pasien, UTD dan donor darah).
4. Untuk menjaga kualitas darah, petugas harus memakai metode rantai dingin secara benar, baik dengan metoda sederhana maupun metoda yang kompleks.
Daftar Pustaka
Modul 4, Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah

SEROLOGI GOLONGAN DARAH
DAFTAR ISTILAH
Aglutinasi : Perlengketan serentak dari se-sel darah merah
Antibodi : Suatu protein pelindung yang dibuat oleh respon imun pada setiap individu yang distimulasi oleh protein asing. Ia dapat mengenali antigen dari sel-sel darah merah asing, dan bisa berakibat aglutinasi invivo, serta selanjutnya terjadi hemolisis
Antibodi yang timbul secara alamiah : Suatu antibodi yang ditemui dalam aliran darah tanpa rangsangan suatu antigen manapun yang dikenal.
Antigen : Setiap zat yang dikenali sebagai benda-asing oleh tubuh, sehingga terjadi stimulasi sistem imun untuk menimbulkan respon terhadapnya.
Antiglobulin reagen (AHG) : Suatu reagen pengelompok darah yang bereaksi spesifik dengan globulin manusia.
Direk antiglobulin test (DAT) : Suatu test yang digunakan untuk mencari adanya globulin manusia pada permukaan sel-sel yang telah disensitasi
Fenotip : Efek yang terlihat dari gen-gen yang diturunkan; misalnya golongan darah itu sendiri.
Gen : Unit dasar dari keturunan yang dibawa oleh kromosom
Genotip : Gen-gen yang diturunkan dari tiap orang tua yang berada dalam kromosom
Hemolisis : Pecahnya (lisis) dari dinding sel-sel darah merah yang akan melepaskan isinya: haem dan globin. Hemolisis merupakan akibat dari reaksi antara antibodi-hemolitik dan antigen-spesifik sel darah merahnya, bilamana terdapat komplemen.
Heterozigot : Suatu keadaan dimana allel gen yang tidak identik membawa kromosom yang sama
Homozigot : Keadaan dimana dua allel gen identik membawa kromosom yang sama.
Imunoglobulin : Suatu molekul antibodi yang dibuat oleh sel-sel plasma sebagai respon terhadap adanya antigen
Invitro : Suatu reaksi yang terjadi diluar tubuh, misalnya reaksi dalam tabung percobaan.
Invivo : Suatu reaksi yang terjadi didalam tubuh, contohnya pada anemia hemolitik autoimun
Indirek AntiglobulinTest (IAT) : Suatu cara aglutinasi darah ditabung, biasa disebut sebagai test Coombs, dimana antibodi-antibodi yang tidak mampu secara langsung mengaglutinasi dapat terlihat dengan menggabungkannya kepada reseptor-reseptor sel darah merah dengan cara menguji terhadap serum antiglobulin.
Komplemen : Suatu protein yang ada dalam serum manusia normal. Ia seringkali terlibat dengan reaksi-reaksi grup darah, dan kelainan-kelainan imunologi.
Kromosom : Suatu bentuk yang seperti jalinan yang membawa gen. Dia ada dalam inti sel tubuh.
Low Ionic Strength Solution (LISS) : Titer dari kebanyakan grup antibodi darah diperkuat jika kekuatan ion dari larutan garam faali diturunkan dari kekuatan normalnya menjadi 0.2% larutan garam faali didalam larutan 7% glukosa. Larutan garam faali dengan kekuatan ion yang rendah saat ini telah tersedia secara komersial.
Plasma : Bagian cair dari darah, sebagai wahana sel-sel dan zat-zat lainnya seperti protein-protein, faktor-faktor pembekuan dan zat-zat kimia.
Serum grouping : Suatu test untuk mencari antibodi-antibodi ABO didalam serum atau plasma
Sekretor : Orang yang memiliki gen sekretor yang dominan, dan membuat zat spesifik golongan darah didalam sejumlah cairan badannya.
Sel yang tersensitisasi : Suatu sel yang diselubungi oleh antibodi, tetapi bukan teraglutinasi
Serum : Cairan disekeliling sel-sel darah merah yang dibiarkan membeku
Test antiglobulin : Suatu test yang memakai reagen antiglobulin untuk mengetahui keberadaan globulin manusia pada sel-sel darah merah yang telah disensitisasi
Uji silang serasi
Suatu istilah yang digunakan untuk menguji serum pasien terhadap sel-sel darah donor, dan serum donor terhadap sel-sel darah merah psien, sebelum dilakukan transfusi.


PEMERIKSAAN PRE TRANSFUSI

Tujuan pemeriksaan pretransfusi adalah memilih darah atau komponen darah yang kompatibel, sehingga dapat menyelamatkan jiwa seseorang dengan tidak merusak sel darah merah resipien atau merugikan resipien.
Prosedur permintaan darah
Bila memerlukan darah untuk transfusi, maka sekitar 5-10 ml darah resipien diambil dan dimasukkan kedalam tabung kering untuk memastikan serum yang cukup banyak untuk melakukan uji silang serasi.
Sampel darah harus diberi pengenal yang jelas dengan nama lengkap pasien, nomor registrasi rumah sakit serta nama bangsal, kemudian dikirim secepatnya ke laboratorium bersamaan dengan formulir permintaan darah lengkap.
Formulir permintaan darah
Sebaiknya disertai keterangan tentang pasien, dan harus ditandatangani oleh dokter yang merawat pasien. Formulir permintaan darah harus berisikan informasi sebagai berikut :
1. Tanggal permintaan
2. Nama lengkap resipien
3. Tanggal lahir atau usia
4. Jenis kelamin
5. Nomor registrasi rumah sakit
6. Ruang rawat / bangsal
7. Alamat resipien
8. Diagnosis resipien
9. Golongan darah bila sudah diketahui
10. Keberadaan setiap antibodi, bila sudah diketahui
11. Riwayat transfusi sebelumnya
12. Riwayat reaksi transfusi sebelumnya, bila ada
13. Jumlah dan jenis darah atau produk darah yang dibutuhkan
14. Tanggal dan waktu darah dibutuhkan
15. Tanda tangan dokter yang meminta darah

Contoh darah
Pengambilan contoh darah resipien dengan pemberian label yang benar dari resipien yang akan ditransfusikan merupakan hal yang kritis untuk keselamatan transfusi darah.
Petugas yang mengambil contoh darah harus mengidentifikasi resipien dengan membandingkan informasi yang ada didalam formulir permintaan darah dengan informasi pada tanda pengenal resipien yang ada di rumah sakit tersebut.
Keadaan contoh darah
Untuk pemeriksaan pretransfusi dapat digunakan serum atau plasma. Darah yang hemolisis tidak dapat digunakan. Hemoglobin yang bebas dalam serum dapat menutupi hemolisis yang diakibatkan oleh antibodi.
Usia contoh darah
Uji silang serasi harus dilakukan dengan contoh darah yang diambil dalam waktu <3 hari untuk menghindari inaktivasi komplemen dan kesalahan pendataan.
Konfirmasi identitas contoh darah di bank darah
Bila contoh darah sudah diterima di bank darah, petugas yang berkompeten harus mengkonfirmasikan kesesuaian contoh darah dengan formulir permintaan darah. Bila ada keragu-raguan, bank darah harus memperoleh contoh darah baru. Tidak diperkenankan seseorang memperbaiki atau menyalahkan contoh darah tersebut.
Penyimpanan contoh darah
Contoh darah resipien dan donor harus ditutup dan disimpan dengan baik pada suhu 2-6C minimal 7 hari setelah transfusi untuk pemeriksaan ulang bila ada laporan terjadinya reaksi transfusi.
Pendataan
Setiap permintaan darah dan pemeriksaan darah harus ada pendataan yang lengkap agar dapat dilakukan penelusuran kembali bila dibutuhkan sewaktu-waktu.
Pemeriksaan serologis
Untuk darah lengkap (whole blood) dan komponen darah lainnya seperti sel darah merah cuci (washed erythrocyte), eritrosit konsentrat, atau thrombosit konsentrat yang mengandung 5 ml sel darah merah harus di uji silang serasi dahulu antara darah donor dengan darah resipien.



Pemeriksaan Golongan darah.
Darah adalah suatu suspensi yang terdiri atas plasma dan sel-sel darah. Antigen (aglutinogen) golongan darah terikat pada sel darah merah sedangkan antibodi (aglutinin) terdapat dalam plasma darah. Sifat golongan darah adalah diturunkan, terikat somatik kromosom dan bersifat abadi (kebakaan). Baik antigen maupun antibodi dari golongan darah terdapat dalam darah kita dalam bentuk ketidak sesuaian. Pada golongan darah sistem ABO dibagi menjadi 4 golongan yaitu A; B; AB dan O. golongan A terdapat antigen A dan antibodi anti B; golongan B terdapat antigen B dan antibodi anti A; golongan AB terdapat antigen AB dan tidak terdapat antibodi; serta golongan O tidak terdapat antigen dan terdapat anti- A dan anti-B.

Tujuan pemeriksaan :
1. Menentukan adanya antigen A; B; Rhesus pada sel darah merah serta adanya anti-A dan anti-B pada serum atau plasma / darah.
2. Untuk memastikan tidak ada antibodi-antibodi pada darah pasien yang akan bereaksi dengan darah donor bila di transfusikan atau sebaliknya.

I. Persiapan
Bahan dan Reagen :
1. Darah pasien
2. Darah donor
3. Anti-A
4. Anti-B
5. Anti-D IgM
6. Anti-D IgG
7. Bovine albumin 22%
8. Coombs serum 9.Larutan saline (NaCl 0,9 %)
10.Aquadest
11.Larutan alsever
12.Low Ionic Strenght Saline (LISS) : 0,2 % larutan garam faali dan larutan 7% sukrosa.
13.Reagen gel tes.
14.Desinfektan (hipochlorit 0.5%)
15. Detergent

Peralatan yang digunakan pada pemeriksaan golongan darah :
1. Sentrifus untuk pemisahan darah menggunakan tabung reaksi.
2. Serofus untuk pemeriksaan golongan darah metoda tabung.
3. Sentrifus untuk pemeriksaan metoda gel tes.
4. Inkubator 37 °C
5. Inkubator 37 °C untuk pemeriksaan metoda gel tes.
6. Refrigerator (lemari es)
7. Tabung reaksi ukuran 12 x 75 mm
8. Rak tabung reaksi
9. Pipet pasteur
10. Bloodgrouping plate
11. Pipet adjustable ukuran 200 - 1000 µL
12. Pipet adjustable ukuran 5 - 50 µL
13. Tissue
14. Objek glass
15. Mikroskop
16. Tips kuning
17. Tips biru
18. Label
19. Spidol white board
20. Wadah melamin untuk mencuci pipet
21. Sarung tangan
22. Masker
23. Jas laboratorium
24. Gunting
25. Kantong plastik hitam untuk limbah

Pemisahan Serum / Plasma dari Sel Darah Merah
Prinsip : Darah sitrat dengan pemutaran akan terjadi pemisahan antara plasma dan sel-sel darah.
Tujuan : memisahkan plasma dari sel-sel darah.
Kegunaan :
1 Persiapan pembuatan suspensi sel darah merah.
2 Persiapan penentuan antigen golongan darah.
Cara Kerja :
1. Darah dimasukkan ke dalam tabung sentrifius.
2. Putar 3300 rpm selama 1,5-2 menit.
3. Supernatan diambil dengan pipet tetes dan pindahkan ke dalam tabung lain dan diberi label plasma kemudian disimpan terpisah.
4. Sel darah merah terdapat pada bagian bawah tabung.





















Label

sdm plasma
DIPUTAR diberi label
3300 rpm disimpan terpisah
selama 1.5 – 2 menit

Gambar 9 : Skema pemisahan serum / plasma dari sel darah merah
Pencucian Sel Darah Merah.
Prinsip : Dengan penambahan larutan saline dan pemutaran maka antibodi di
sekitar sel darah merah akan hilang.
Tujuan : Menghilangkan antibodi yang ada di sekitar sel darah
Kegunaan :
1 Persiapan pembuatan suspensi sel darah merah
2 Persiapan penentuan antigen golongan darah
Cara Kerja :
1. Sel darah yang telah dipisahkan ditambah larutan salin sebanyak plasma yang dibuang.
2. Putar 3300 rpm selama 1,5 – 2 menit.
3. Supernatan dibuang.
4. Lakukan pencucian sebanyak 3x.
5. Endapan sel darah merah yang telah dicuci merupakan suspensi sel 100 %.









Campur Diputar 3000 rpm
Selama 1,5 – 2 Menit













Gambar 10: Skema pencucian sel darah merah.

Pembuatan suspensi sel darah merah
% Suspensi Endapan Sel Medium
(Lar Saline) Penggunaan
5%
(1/20)



10%
(1/10)

40%
(2/5) 1 Bagian




1 Bagian


2 Bagian 19
Bagian



9 Bagian


3 Bagian  Pemeriksaan Gol. Darah (tube test)
 Pemeriksaan silang serasi

 Pemeriksaan gol.darah (slide test)

 Pemeriksaan gol. Darah Rhesus

Pembuatan suspensi sel darah merah golongan A, B, O dan sel
darah merahnya sendiri

• Susp sel A : Sel darah gol. A atau pool dari 3 gol A atau lebih
• Susp sel B : Sel darah gol. B
• Susp sel O : Sel darah gol. O
• Susp sel sendiri : Sel darah merah yang akan diperiksa













Gambar 11 : Skema pembuatan suspensi sel A, B, O dan yang akan
Diperiksa.

Pemeriksaan golongan darah sistem ABO.
Pemeriksaan :
1. Cell grouping / cell typing
Memeriksa antigen sel darah merah dengan cara menambahkan anti- A, anti-B
2. Serum grouping / serum typing
Memeriksa antibodi dalam serum dengan cara mereaksikannya dengan sel golongan A,B dan O
3. Auto kontrol
Memeriksa antibodi dalam serum dengan cara mereaksikannya dengan sel darah merahnya sendiri
3.1.1 Metoda : Slide / Bloodgrouping plate
Prinsip : Antigen + Antibodi Aglutinasi.
Bahan pemeriksaan : Contoh darah yang akan diperiksa.
Reagensia : 1. Tes serum anti A, anti B
2. Suspensi tes sel gol A, B dan O
3. Suspensi sel darah merahnya sendiri
Alat : 1. Bloodgrouping plate untuk pemeriksaan
golongan darah
2. Pipet pasteur
Cara kerja :
I. Cell grouping / typing
1. Darah diteteskan pada bloodgrouping plate masing-masing satu tetes pada 2 tempat.
2. Pada tetes darah pertama tambah anti A, pada tetes darah ke dua tambah anti B. Goyangkan bloodgrouping plate dengan gerakan keatas dan kebawah hingga tercampur dengan baik.
3. Baca ada tidaknya aglutinasi.

II. Serum grouping / typing
1. Serum / plasma diteteskan pada bloodgrouping plate masing-masing satu tetes pada 4 tempat.
2. Pada tetes serum pertama di tambah sel A 10%, pada tetes serum ke dua di tambah sel B 10%, pada tetes serum ke tiga di tambah sel O 10% dan pada tetes serum ke empat di tambah sel contoh darah yang diperiksa.
3. Goyangkan bloodgrouping plate dengan gerakan keatas dan kebawah hingga tercampur dengan baik
4. Baca ada tidaknya aglutinasi
Hasil pengamatan :
Cell grouping/typing
Gol darah Anti A Anti B
A + -
B - +
O - -
AB + +







Serum grouping/typing
Gol darah Sel A Sel B Sel O Auto kontrol
A - + - -
B + - - -
O + + - -
AB - - - -









































Gambar 13 : Skema pemeriksaan golongan darah metoda Slide








Contoh gambar dari bloodgrouping plate



Metoda : Tabung reaksi.
Prinsip : Antigen + Antibodi Aglutinasi.
Bahan pemeriksaan : Contoh darah yang akan diperiksa.
Reagensia : 1. Tes serum anti A, anti B
2. Suspensi tes sel 5 % A, B, O dan sel darah yang akan diperiksa
Cara kerja :
1) Pisahkan plasma dari sel darah
2) Cuci sel darah 3 kali dan buat suspensi sel 5% dalam salin
3) Cell grouping/typing :
1. Ke dalam 3 tabung pertama , teteskan berturut-turut :
1 tetes anti A, 1 tetes anti B.
2. Dengan pipet pasteur , teteskan masing-masing 1 tetes supensi sel 5% dari darah yang diperiksa pada setiap tabung berisi anti serum di atas.
4) Serum grouping/typing :
1. Ke dalam 4 tabung berikutnya teteskan masing-masing 2 tetes serum / plasma darah yang diperiksa.
2 Pada masing-masing tabung berisi serum / plasma di atas teteskan berturut-turut : 1 tetes tes sel A, 1 tetes tes sel B , 1 tetes sel O , dan 1 tetes suspensi sel 5% dari darah yang diperiksa.
5) Kocok dengan baik sampai isinya tercampur .
6) Putar 3400 rpm 15 detik / 1000 rpm 1 menit baca
+ terjadi aglutinasi / hemolisis.
- tidak terjadi aglutinasi / hemolisis.


Gambar 14 : Skema pemeriksaan golongan darah metoda Tabung Reaksi


Pemeriksaan golongan darah Rhesus

Metoda : Slide dengan bloodgrouping plate
Bahan : Tes serum anti D IgM
Bovine Albumin 22% (kontrol reagen)
Contoh darah yang akan di periksa.
Alat : Bloodgrouping plate
Pipet pasteur
Cara Kerja :
1. Buat suspensi sel 40% dari darah yang diperiksa dalam salin atau serum / plasmanya.
2. Teteskan 1 tetes anti D IgM pada bloodgrouping plate di sebelah kiri dan 1 tetes bovine albumin (BA) 22% pada bagian lain di sebelah kanan.
3. Dengan pipet pasteur teteskan masing-masing 1 tetes suspensi sel 40% pada tetesan anti-D IgM dan BA 22%.
4. Goyangkan bloodgrouping plate keatas dan kebawah hingga tercampur dan diamati apakah terjadi reaksi aglutinasi.

Anti D IgM BA 22% Gol. darah
Pembacaan : + - Rh Positif (D+)
- - Rh Negatif (D-)
















Metode : Tabung reaksi (Tube test)
Bahan :
1. Test serum anti D IgM
2. Bovine Albumine 22 %
3. Contoh darah yang akan diperiksa
Alat :
1. Tabung reaksi ukuran 12 x 75 mm
2. Pipet pasteur
3. Water bath 370 C
4. Sentrifius
Cara Kerja :
1. Buat suspensi sel 5% dari darah yang diperiksa
2. Sediakan 2 buah tabung reaksi =
tabung I: isi dengan 1 tetes anti D IgM
II: isi dengan 1 tetes Ba 22 %
3. Teteskan ke dalam setiap tabung suspensi sel 5 % darah yang diperiksa
4. Kocok-kocok kedua tabung agar isinya tercampur.
5. Biarkan 5 menit pada suhu kamar atau pada suhu 370 C
6. Putar kedua tabung di dalam centrifiuse dengan kecepatan 3400 rpm 15 detik atau 1000 rpm 1 menit.
7. Baca Reaksi yang terjadi.

Pembacaan :
Tb I Tb II Golongan Darah
+ - Antigen D (+) = Rhesus positif
- - Antigen D (-) = Rhesus negatif
Semua sampel darah dengan Rhesus negatip harus dilanjutkan kedalam pemeriksaan Du
Pemeriksaan antigen Du
Bahan :
1. Semua sampel darah Rh neg (D-)
2. Salin (Nacl 0,9%)
3. Serum coombs
4. Test serum anti D Blend
5. Bovine Albumine 22 %
Alat :
1. Tb reaksi ukuran 12 x 75 mm
2. Pipet pasteur
3. Water bath 370 C
4. Sentrifius

Cara Kerja :
1. Lakukan pemeriksaan dengan metode tabung seperti pada pemeriksaan Rhesus (lihat 3.2.2.).
2. Cuci sel darah sebanyak 3 kali dengan salin. Pencucian terakhir buang seluruh supernatan salin.
3. Tambah 2 tetes serum coombs pada endapan sel dalam setiap tabung,
putar 3400 rpm 15 detik.
4. Baca reaksi secara makroskopis dan mikroskopis.

Tabung I Tabung II Golongan Darah
+ - Rhesus (-) , Du Positif
- - Rhesus (-) , Du negatif

5. Bila hasil tes coombs tetap negatif, teteskan 1 tetes sel uji coombs,
putar 3400 rpm 15 detik atau 1000 rpm 1 menit.

6. Pembacaan hasil reaksi :
- Hasil positif menunjukan bahwa pemeriksaan benar dan berlaku.
- Hasil negetif menunjukan bahwa pemeriksaan tidak benar, tidak berlaku dan harus di ulang.

Gambar 15 : Skema pemeriksaan golongan darah sistem Rhesus.


POKOK BAHASAN 5

Pembuatan Coombs Control Cells (CCC).

Coombs control cells adalah sel darah merah yang diselimuti antibodi IgG.
Kegunaan : - Mengontrol hasil tes Coombs negatif.
- Menguji Coombs serum ( baik / rusak ).

Bahan / reagen tambahan : 1. Anti – D IgG
2. Darah sitrat gol. O Rhesus positif.

Cara Kerja :
1. Sel darah merah gol. O Rh positif dicuci 3x.
2. Dibuat suspensi sel 5 %.
3. Pada tabung lain teteskan anti D IgG 1 tetes, kemudian tambah lar. salin 63 tetes dan suspensi sel 32 tetes.
4. Campur merata.
5. Simpan pada inkubator 37oC selama 30 menit.
6. Putar 3400 rpm selama 15 detik.
7. Buang supernatan, kemudian kemudian sel dicuci x.
8. Suspensi sel 5 % tadi ditambah lar. salin 32 tetes adalah sel uji Coombs. Tahan 1 minggu pada suhu 2-6°C.
































Gambar 12 : Skema pembuatan Coombs Control Cells



PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI
Metoda Bovin Albumin.
Fase I
I : Mayor : Darah donor di test dengan serum R.
II : Minor : Darah resipien di di test dengan serum D.
Serum / plasma = 2 tetes
Suspensi sel 5% = 1 tetes
Putar 1000 rpm 1 menit
Positif = Algutinasi / hemolisis : inkompatibel
Negatif = Tidak ada aglunitasi / tidak hemolisis : lanjutkan F II
Fase II
Tambah masing-masing 2 tetes BA 22% kemudian kocok
Inkubasi 37© c 15 menit
Putar 1000 rpm 1 menit
Positif = Inkompatibel
Negatif = F III
Fase III
Cuci dengan salin 3 kali, buang supernatan .
Tambah 2 tetes serum coombs kemudian kocok.
Putar 1000 rpm 1 menit.
+ inkompatibel
- lakukan tes vadilitas
Test Validitas :
Tambah 1 tetes sel CCC pada ke 2 tabung
Putar 1000 rpm 1 menit
Hasil :
- reaksi silang serasi tidak benar dan tidak berlaku (invalid) harus ulang.
+ reaksi silang serasi benar dan berlaku ( valid), darah cocok dan boleh
diberikan sesuai permintaan.




Gambar 16: Skema persiapan reaksi silang serasi.


Gambar 17 : Skema Fase I


Gambar 18 : Skema Fase II


Gambar 19 : Skema Fase III


Metoda Gel Test
Bahan :
Darah donor.
Darah pasien.
Reagen :
LISS ( Low Ionic Strength Solution )
Gel untuk pemeriksaan Uji Silang Serasi Metoda Gel Test
Alat :
Pipet otomatis 5 ul
Dispenser 500 ul
Gunting
Sarung tangan
Tip kuning
Tabung reaksi 12 x 75 mm & raknya.
Sentrifius untuk pemeriksaan gol darah Metoda Gel Test
Inkubator 370 C untuk pemeriksaan gol darah Metoda Gel Test
Tissue
Cara kerja :
1. Siapkan 2 buah tabung ukuran 12 x 75 mm.
i. Tabung 1. diisi dengan 5 ul sel darah merah donor
tambah 500 ul larutan pengencer ( LISS )
ii. Tabung 2. diisi dengan 5 ul sel darah merah pasien
tambah 500 ul larutan pengencer ( LISS )
2. Suspensi sel dari tabung 1 diambil 50 ul kemudian, masukkan ke dalam tabung gel 1 (Mayor) kemudian, tambahkan plasma pasien sebanyak 25 ul.
3. Suspensi sel dari tabung 2 diambil 50 ul kemudian, masukkan ke dalam tabung gel 2 (Minor) kemudian, tambahkan plasma donor sebanyak 25 ul.
4. Suspensi sel dari tabung 1 diambil 50 ul kemudian, masukkan ke dalam tabung gel 3 (Auto k) kemudian, tambahkan plasma donor sebanyak 25 ul.
5. Tabung gel diketuk-ketuk sampai campuran sel darah dan plasma turun ke dalam sel.
6. Tabung gel di inkubasi pada suhu 370 C selama 15 menit.
7. Tabung gel diputar 1000 rpm selama 10 menit.
8. Baca hasilnya.




Gambar 22 : Reagen Gel Test





Gambar 23 : Cara memasukkan bahan pemeriksaan ke dalam tabung gel.





Gambar 24 : Hasil positif atau negatif pada pemeriksaan Gel Test





Gambar 25 : Inkubator dan sentrifius untuk pemeriksaan Gel Test


ANTIGLOBULIN TEST

Pada tahun 1945 Mourant, Coombs dan Race menemukan pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi yang tidak beraglutinasi atau antibodi yang menyelimuti sel darah merah dalam serum. Pemeriksaan yang sama dilakukan juga untuk mendeteksi atau memperlihatkan penyelubungan (coating) sel darah merah invivo dengan antibodi dan komplemen. Test ini disebut antiglobulin test

Antiglobulin test dalam imunohematologi ada 2 bentuk, yaitu :
1. Direkt Antiglobulin Test (DAT) atau yang disebut juga Direkt Coombs Test (DCT)
2. Indirekt Antiglobulin Test (IAT) atau Indirekt Coombs Test (ICT)

Direkt Antiglobulin Test (DAT) atau DCT
DAT digunakan untuk mendeteksi antibodi atau komplemen yang menyelubungi sel darah merah invivo dengan menggunakan AHG, terutama IgG dan C3d. Setelah sel darah merah dicuci dengan saline kemudian ditambahkan reagen AHG. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi, misalnya penyakit Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA), drug induced hemolysis, allo imun reaksi oleh karena reaksi transfusi.

Indirekt Antiglobulin Test (IAT) atau ICT
Digunakan untuk mendeteksi reaksi antara sel darah merah dengan antibodi atau komplemen yang melekat/menyelubungi pada sel darah merah invitro. Serum pasien diinkubasikan dengan sel darah merah, kemudian sel darah merah dicuci dengan saline dan ditambahkan AHG. Adanya aglutinasi setelah penambahan AHG menandakan, bahwa serum tersebut mengandung antibodi yang reaktif dengan antigen-antigen yang terdapat pada sel darah merah. Pemeriksaan ICT dapat digunakan pada pemeriksaan skring, identifikasi antibodi dan uji silang serasi.
Macam-macam reagen anti human globulin
1. Reagen AHG polyspesifik mengandung anti-IgG dan anti-C3d
2. Reagen AHG monospesifik mengandung hanya 1 macam antibodi, misalnya anti-IgG, anti-C3d, IgM dll.

Polyspesifik AHG
Polyspesifik AHG digunakan untuk pemeriksaan uji silang serasi, mendeteksi adanya allo antibodi dan direkt coombs test.
Polyspesifik AHG mengandung antibodi terhadap IgG manusia dan anti komplemen C3d dari komplemen manusia. Selain mengandung anti-IgG dan anti-C3d, mungkin juga mengandung, misalnya anti-C3b, antiC4b dan anti-C4d.

Antibodi yang mempunyai arti klinis yang penting adalah IgG, sehingga fungsi yang paling penting dari AHG adalah mendeteksi adanya IgG. Reagen ini disiapkan dan distandarisasi untuk mendeteksi berbagai macam IgG antibodi.
Aktivitas anti-C3d sangat penting artinya untuk pemeriksaan DCT pada pemeriksaan AIHA, karena kemungkinan C3d merupakan globulin satu-satunya yang dapat dideteksi pada sel darah merah penderita AIHA.

TEKNIK ANTIGLOBULIN

Teknik pemeriksaan DCT
1. Siapkan 2 buah tabung (tabung 1 dan 2) ukuran 12 x 75 mm, kemudian masukkan kedalam masing-masing tabung 1 tetes suspensi sel darah merah 5% yang akan diperiksa.
2. Cuci sel darah merah dengan saline dengan cara mengisi saline kedalam tabung, kemudian diputar dengan sentrifus selama 1 menit pada 1000 rpm atau 3400 rpm selama 15 detik.
3. Buang saline dengan membalikkan tabung dengan cepat.
4. Lakukan hal diatas sebanyak 3-4 kali
5. Tambahkan 2 tetes AHG sesuai dengan petunjuk pemakaian dari perusahaan yang mengeluarkan AHG pada tabung 1, sedangkan pada tabung 2 masukkan 2 tetes saline (sebagai negatip kontrol), kemudian putar kembali.
6. Baca hasil reaksi dengan menggoyangkan tabung perlahan-lahan
7. Hasil pembacaan :

Tabung 1 Tabung 2 Keterangan
+ - Ada antibodi yang melekat pada sel darah merah
- - Tidak ada antibodi yang melekat
+ - Pada hasil yang negatip tambahkan 1 tetes Coombs Control Cell dan putar kembali dengan sentrifus

Teknik pemeriksaan ICT
1. Siapkan tabung ukuran 12 x 75 mm sesuai kebutuhan. Tambahkan 2 tetes serum yang akan diperiksa kedalam masing-masing tabung
2. Tambahkan 1 tetes sel darah merah segolongan atau sel panel dengan suspensi sel 5%
3. Putar selama 1 menit pada 1000 rpm atau 3400 rpm selama 15 detik. Baca hasil reaksi (Fase I)
4. Tambahkan 2 tetes Bovine albumin kedalam setiap tabung, kocok-kocok sebentar kemudian
5. Inkubasi 37C selama 15 menit
6. Putar baca hasil reaksi (Fase II = fase bovine albumin)
7. Cuci sel darah merah 3-4 x dengan saline
8. Tambahkan 2 tetes coombs serum dan putar kembali. Baca hasil reaksinya
9. Semua hasil reaksi yang negatip ditambahkan 1 tetes coombs control cells, putar kembali, kemudian baca hasil reaksinya.


Sumber-sumber kesalahan

Penyebab hasil false negatip atau negatip palsu
1. Tidak mencuci sel darah merah dengan bersih dan baik, menyebabkan hasil pemeriksaan menjadi false negatip, karena globulin yang bebas yang tidak melekat pada sel darah merah akan menetralisir AHG
2. Reaksi false negatip dapat terjadi bila pemeriksaan tertunda. Pelaksanaan proses pencucian harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi kemungkinan kehilangan antibodi yang terlepas dari sel.
AHG harus ditambahkan segera setelah proses pencucian selesai, kalau tidak antibodi yang telah mengadakan ikatan akan terlepas kembali
3. Reagen dapat kehilangan reaktivitasnya bila penyimpanan reagen tidak benar dan kontaminasi dengan bakteri atau serum manusia. AHG harus disimpan pada suhu 2-8C dan jangan dibekukan.
4. Lupa menambahkan AHG. Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan AHG yang berwarna.
5. Penggunaan sentrifus yang tidak benar. Putaran sentrifus yang lambat, membuat reaksi aglutinasi menjadi tidak optimal atau sebaliknya.
6. Jumlah sel darah merah yang terdapat pada pemeriksaan mempengaruhi reaktivitas. Reaksi menjadi lemah bila menggunakan sel darah merah terlalu banyak, atau sebaliknya.
7. Reaksi prozon kadang-kadang penyebab pemeriksaan antiglobulin menjadi tidak reaktif.


Penyebab positip palsu atau false positip
1. Sel darah merah sudah beraglutinasi sebelum sel darah merah dicuci. Apabila aglutinasi pada saat itu tidak terlihat, maka setelah penambahan AHG pembacaan reaksi aglutinasi dapat disalah interpretasikan sebagai akibat perselubungan IgG atau komplemen.
2. Tabung gelas atau plastik yang tidak bersih dan terkontaminasi dengan debu, detergen atau material lain dapat mengakibatkan sel darah merah menggumpal atau agregasi.
3. Putaran sentrifus yang berlebihan dapat memadatkan sel darah merah, sehingga terjadi agregasi yang dapat disalahartikan sebagai aglutinasi.
4. Produksi reagen yang kurang baik.
5. Contoh darah mengandung silicone gel
6. Contoh darah diambil melalui selang infus, misalnya 5% atau 10% dextrose.
7. Darah pasien terkontaminasi oleh bakteri.

PENYAKIT AUTOIMMUNE HAEMOLYTIC ANAEMIA (AIHA)

Autoimmune hemolytic anemias (AIHA) disebabkan oleh antibodi yang diproduksi oleh sistem imunnya sendiri. Terjadi pada anti-sel darah merah antibodi. Terdiri atas warm antibodi dan cold antibodi. Warm antibodi, biasanya jenis Ig G dan bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu 37oC, sensitisasi terjadi pada organ limpa. Sedangkan cold antibodi terutama jenis Ig M dan bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu tubuh normal tetapi lebih progresif pada suhu 0o, sensitisasi terjadi pada organ hati. Contohnya pada Systemic Lupus Erythematosis.

PENYAKIT HAEMOLYTIC DISEASE OF THE NEW BORN (HDN)

Pada hemolytic diseases of the new born (HDN) terjadinya hemolisis disebabkan oleh antibodi maternal terhadap sel fetal. Kasus ini terjadi pada golongan darah sistem rhesus. Pada golongan darah sistem rhesus di dalam plasmanya tidak terdapat antibodi secara alamiah. Antibodi timbul akibat stimulasi antigen misalnya manusia dengan golongan darah Rh negatif ditransfusi dengan golongan darah Rh positif,maka resipien akan membentuk anti-Rh antibodi.
Pada wanita Rh negatif menikah dengan laki-laki Rh positif maka akan mempunyai anak dengan golongan darah Rh positif. Pada saat kehamilan ketika sel darah merah fetal masuk ke dalam plasenta, akan menstimulasi produksi antibodi maternal terhadap antigen fetal. Ketika antibodi memasuki sirkulasi fetal akan menyebabkan destruksi sel darah merah fetal, fenomena ini disebut hemolytic diseases of the new born (HDN).


RINGKASAN

Transfusi darah adalah pemberian darah atau komponen darah dari donor yang sehat kepada resipien yang membutuhkannya. Darah terdiri atas sel-sel darah dan plasma. Sel-sel darah meliputi sel darah merah, sel darah putih dan keping-keping darah.
Sistem golongan darah umumnya terikat pada sel darah merah, namun sistem golongan darah Lewis mempunyai keistimewaan tersendiri. Antigen Lewis merupakan antigen yang larut dalam serum, plasma atau cairan tubuh lainnya, misalnya ASI, cairan lambung yang disebut, sebagai substance, sehingga antigen Lewis terikat pada sel darah merah secara sekunder.
Untuk pemberian transfusi darah dan komponen darah membutuhkan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus (D) antara darah donor dan darah resipien yang harus sama dan cocok untuk menghindari reaksi aglutinasi atau hemolisis yang dapat membahayakan resipien hingga kematian.
Untuk menghindari terjadinya reaksi transfusi, maka pemeriksaan harus dilakukan dengan baik dan teliti. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus (D) metode bloodgrouping plate atau tabung. Yang dilanjutkan dengan pemeriksaan uji silang serasi metode Bovine albumin 22% atau gel test. Uji silang serasi dilakukan pada setiap pemberian transfusi darah dan komponen darah yang mengandung sel darah merah ≥ 5 ml.
Untuk melihat reaktivitas reagen yang akan digunakan, maka sebelum melakukan pemeriksaan, petugas laboratorium harus melakukan validasi reagen yang akan digunakan 1 kali setiap hari. Semua kegiatan yang telah dilakukan harus tercatat dan terdokumentasikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Cellular and Molecular Immunology. 4 ed. Philadelphia. WB Saunders 2000.
2. Depkes RI, WHO, (Maret 2003) Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah. Modul 3 Serologi Golongan Darah.
3. Frey-Wettstein M., Barandun S., Bucher U., Die Blut Transfusion Ein Vademecum. Karger Verlag
4. Kresno SB. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Ed3. Jakarta. FKUI 2000.
5. Lee GR, Bithell TC, Foerster J, Athens JW, Lukens JN. Wintrobes Clinical Hematology. Ninth ed. Philadelphia. Lea & Febiger 1993.
6. Miller LE, Ludke FIR, Peacock JE, Tomar RH. Manual of Laboratory Immunology. 2 ed. Philadelphia Lea & Febiger 1991.
7. Mollison P.L., Engelfriet C.P., Marcela Contreras (tenth edition) Blood Transfusion in Clinical Medicine. Blackwell Science
8. Mueller-Eckhardt (2. vollständig überarbeitete und erweiterte Auflage) Transfusionsmedizin. Springer Verlag.
9. Spielmann, Seidl (2. völlig neu bearbeitete Auflage) Einführung in die Immunhämatologie und Transfusionskunde. Verlag Chemie
10. Technical Manual (13th Edition) American Association of Blood Banks
11. Unit Transfusi Darah PMI Pusat, (Edisi Ketiga 2007) Pedoman Pelayanan Transfusi Darah.

LAMPIRAN

Lampiran 1. TEST VALIDASI REAGEN BOVINE ALBUMIN 22% & AHG

UNIT TRANSFUSI DARAH RUMAH SAKIT ……………………………….


Validasi Bovine Albumin 22% 1 tetes susp sel A 5% + 1 tetes susp sel B 5% + 1 tetes susp sel O 5% +
2 tetes Bovine albumin 22% 2 tetes Bovine albumin 22% 2 tetes Bovine albumin 22%
Kocok agar homogen, kemudian inkubasi pada suhu 37C selama 15 menit
Putar 3000 rpm selama 15 detik → baca reaksi
Hasil Pemeriksaan
Validasi Anti Human Globulin Cuci 3 kali dengan Saline kemudian reaksi dilanjutkan dengan
Menambahkan kedalam masing-masing tabung 2 tetes Anti Human Globulin
Kocok perlahan-lahan, kemudian putar 3000 rpm selama 15 detik → Baca reaksi
Hasil Pemeriksaan
Coombs Control Cells (CCC)
Kontrol semua tabung bila hasil pemeriksaan negatip dengan CCC
Tambahkan kedalam masing-masing tabung dengan 1 tetes CCC
Hasil Pemeriksaan
Test Validasi Data reagen
Bovine Albumin 22% : Valid / tidak valid No. Lot / Exp. Bovine Albumin :
Anti Human Globulin : Valid / tidak valid No. Lot / Exp. A H G :

Nama pemeriksa : Dicek oleh :

Keterangan : Untuk test validasi AHG hanya dapat dilanjutkan, bila hasil validasi Bovine albumin 22% baik/valid














Lampiran 2. Lembar Kerja Golongan Darah dan Cross Matching
UNIT TRANSFUSI DARAH RUMAH SAKIT ……………………….
Lembar Kerja Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus

Metode Slide Test dengan Bloodgrouping Plate



NAMA PASIEN :
TGL LAHIR / USIA :
DIRAWAT DI :

SEL GROUPING SERUM GROUPING/BACK TYPING Auto Kontrol RHESUS
Anti-A Anti-B Sel A Sel B Sel O Anti-D IgM Bov. Alb.
1 tetes 1 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes 1 tetes 1 tetes
Anti-A Anti-B Serum OS Serum OS Serum OS Serum OS Anti-D IgM Bov.Alb 22%
+ + + + + + + +
1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes
sel OS 10% sel OS 10% Sel A 10% Sel B 10% Sel O 10% Sel OS 10% Sel OS 40% Sel OS 40%
No. Nama pasien/No. kantong Goyangkan Blood grouping plate keatas dan kebawah perlahan-lahan Hasil Pemeriksaan
Diamkan sekitar 1-2 menit, kemudian baca reaksi dengan menggoyangkannya perlahan-lahan
Urut








Test Validasi Data Reagen
Anti-A : No Lot / Exp. Anti-A
Anti-B : No Lot / Exp. Anti-B
Anti-D IgM : No Lot / Exp. Anti-D IgM
Bovine Albumin : No Lot / Exp. B. Alb 22%
Test sel A :
Test sel B :
Test sel O :

Nama pemeriksa : Dicek oleh :

UNIT TRANSFUSI DARAH RUMAH SAKIT ……………………….
Lembar Kerja Pemeriksaan Uji Silang Serasi Metode Bovine Albumin Untuk 1 Donor

NAMA PASIEN :
TGL LAHIR / USIA :
DIRAWAT DI :

Medium Saline (Fase 1)
Mayor test Minor test Auto kontrol
2 tetes serum OS + 2 tetes plasma dn + 2 tetes serum OS +
No. kantong Darah 1 tetes susp sel dn 5% 1 tetes susp sel 5% OS 1 tetes susp sel 5% OS
Kocok perlahan-lahan agar homogen, kemudian putar 3000 rpm selama 15 detik
Baca reaksi dengan menggoyangkan tabung perlahan-lahan dan reaksi dilanjutkan
Hasil Pemeriksaan
Medium Bovine Albumin 22% (Fase 2)
No. kantong Darah Tambahkan masing-masing tabung 2 tetes Bovine Albumin 22%
Kocok agar homogen, kemudian inkubasi pada suhu 37C selama 15 menit
Putar 3000 rpm selama 15 detik → baca reaksi
Hasil Pemeriksaan
Medium Anti Globulin Test (Fase 3)
No. kantong Darah Cuci 3 kali dengan Saline kemudian reaksi dilanjutkan dengan
Menambahkan kedalam masing-masing tabung 2 tetes Anti Human Globulin
Kocok perlahan-lahan, kemudian putar 3000 rpm selama 15 detik → Baca reaksi
Hasil Pemeriksaan
No. kantong Darah Coombs Control Cells (CCC)
Kontrol semua tabung bila hasil uji silang serasi negatip dengan CCC
Tambahkan kedalam masing-masing tabung dengan 1 tetes CCC
Hasil Pemeriksaan
No. Kantong Darah HASIL AKHIR UJI SILANG SERASI
Hasil Pemeriksaan KOMPATIBEL / INKOMPATIBEL

Test Validasi Data reagen
Bovine Albumin 22% : No. Lot / Exp. Bovine Albumin :
Anti Human Globulin : No. Lot / Exp. A H G :

Nama pemeriksa : Dicek oleh :




















INFEKSI MENULAR LEWAT TRANSFUSI DARAH

Definisi Penyakit Menular Lewat Transfusi Darah

PENYEBAB INFEKSI
Sampai saat ini telah dikenal 4 kelompok mikro organisme penyebab infeksi , yaitu :
- virus
- bakteri
- protozoa
- jamur
Dari ke-4 jenis mikro organisme tersebut, 3 diantaranya telah terbukti dapat ditularkan melalui pelayanan transfusi darah, ketiga jenis mikro organisme tersebut adalah virus, bakteri dan protozoa. Infeksi jamur serius biasanya membuat orang menjadi terlampau sakit untuk diterima sebagai donor darah. Dari ke-3 tipe tersebut, virus merupakan penyebab yang paling umum ditularkan melalui transfusi.

Virus
Virus merupakan bentuk kehidupan yang paling sederhana ( lihat gbr 1 ), dan dapat menginfeksi semua bentuk kehidpan. Virus tidak bersifat selular, karena tidak memiliki komponen yang diperlukan untuk hidup dan tumbuh sendiri. Untuk memperoleh komponen-komponen yang hilang ini, virus tergantung pda sel pejamu yang mereka infeksi.
Setelah menginfeksi sel penjamu yang sesuai, virus tersebut mempengaruhi fungsi-fungsi normal dalam sel bersangkutan. Asam nukleat virus menyebabkan sel tersebut membuat partikel virus baru, yang disebut virion, dan akan dilepaskan untuk menginfeksi sel-sel lain. Protein yang terdapat dalam lapisan virus dan inti virus dikenali melalui respon kekebalan dari organisme tersebut.

Gambar 1 : Representasi diagram dari partikel virus



asam nukleat
Kapsul
(inti virus)
envelope
(lapisan virus)


Beberapa contoh virus yang umum adalah :
• virus hepatitis A
• virus hepatitis B • human
• immunodeficiency virus ( HIV ) • virus campak
• virus variella zoster
Bakteri
Bakteri merupakan sel individu yang memiliki dinding-dinding sel, meskipun dengan struktur yang sangat sederhana dan kurang memiliki nukleus yang sebenarnya ( lihat gambar 2 )
Gambar 2 : Representasi diagram dari bakteri
Membran sitoplastik flagela



dinding sel


Sel organelles sel nukleus

Banyak bakteri dilapisi oleh suatu kapsul yang terdiri bahan gula (polisakarid ) sederhana yang berbentuk mata rantai yang kompleks yang berperan penting dalam respon kekebalan terhadap bakteri karena kapsul ini mengandung antigen yang dapat menyebabkan timbulnya respon umum.
Contoh-contoh bakteri yang umum dan infeksi bakteri :
• Treponema pallidum : syphilis
• Vibrio chlolerae : cholera
• Clostridium tetanii : tetanus

Protozoa
Protozoa merupakan organisme sel tunggal, yang diklasifikasikan sbagai eukaryotes. Mereka memiliki struktur sel yang jelas dengan nukleus dan organelles yang jelas. Sel ini umumnya dilapisi oleh membran sitoplasmik. Sel ini dibungkus dalam lapisan luar sitoplasmik ( lihar gambar 3 ).
Gambar 3 : Representasi diagram dari protozoa
flagela



Membran sel

Organelles sel nukleus
Contoh-contoh infeksi protozoa yang umum :
• Spesies Plasmodium : malaria
• Spesies Trypanosoma : penyakit tidur
Spesies ini memiliki berbagai mekanisme yang memungkinkan adanya gerakan bebas. Mereka berada dalam berbagai ragam bentuk dan ukuran, yang diameternya berkisar antara 5 mm hingga 2 mm.
Protozoa terutama bersifat aquatik, hidup di tanah, kolam, sungai dan danau, meskipun beberapa diantaranya hidup hanya sebagai parasit pada hewan. Mereka dapat menyebabkan penykait pada manusia, terutama di wilayah tropis di mana kondisinya sangat sesuai untuk kelansungan hidup mereka. Infeksi protozoa pada manusia dapat terjadi melalui berbagai cara antara lain melalui gigitan oleh vektor serangga. Meskipun demikian, sejumlah protozoa lain ditularkan melalui makanan atau air yang tercemar, atau dengan kontak langsung melalui kulit.

Penularan Penyakit Infeksi Lewat Transfusi Darah
Penularan penyakit lewat transfusi darah, harus didahului oleh adanya suatu penyebab infeksi didalam darah yang didonasi. Oleh karena itu, setiap unit transfusi darah harus menyaring terhadap semua kemungkinan infeksi khusus yang ada di wilayahnya.

Terdapat 3 kondisi dasar yang dapat menentukan apakah suatu penyebab infeksi mungkin ditularkan lewat transfusi.
1. Penyebab tersebut harus mampu menggunakan aliran darah sebagai cara untuk masuk ke dalam pejamunya, yakni pasien.
2. Donor yang terinfeksi harus benar-benar bebas dari tanda dan gejala penyakit, sebab jika tidak, mereka seharusnya sudah diidentifikasikan waktu seleksi donor sehingga penyadapannya tidak jadi dilaksanakan.
3. Penyebab tersebut harus berada secara alamiah selama suatu periode, baik secara bebas dalam plasma maupun berada dalam komponen sel dalam aliran darah dari donor yang terinfeksi.
Suatu penyebab infeksi yang memenui semua keadaan tersebut dapat ditularkan lewat transfusi darah. Meskipun demikian, apakah penularan benar-benar terjadi atau tidak tergantung pada sejumlah faktor lain, seperti status kekebalan pasien atau sejumlah penyebab infeksi yang ditransfusikan.
Meskipun transfusi darah dapat menjadi jalur penularan yang efisien dalam keadaan normal transfusi bukan merupakan jalur utama infeksi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar orang tidak menjalani transfusi darah selama hidup mereka. Oleh karena itu, suatu penyebab infeksi yang sepenuhnya tergantung pada penularan lewat transfusi tidak akan dapat bertahan.


Pengantar Uji Saring bagi Penyebab Infeksi
Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi tertentu dari donor kepada penerima darah. Meskipun demikian, resiko tersebut dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut :
1. Seleksi donor secara hati-hati untuk memastikan bahwa darah tidak dikumpulkan dari orang yang mungkin merupakan pembawa infeksi. Membentuk suatu kelompok donor sukarela yang teratur merupakan langkah pertama menuju pasokan darah yang aman dan memadai. Di negara-negara di mana banyak darah dikumpulkan dari keluarga atau donor pengganti, atau dari donor komersial atau profesional, resiko infeksi penularan lewat transfusi lebih besar.
2. Uji saring langsung dari darah yang didonasi untuk membuktikan tidak adanya penyebab infeksi.
3. Pengambilan komponen khusus dari darah yang dianggap menyembunyikan penyebab infeksi; contohnya , dengan filtrasi darah untuk mengangkat sel darah putih.
Tidak semua penyebab infeksi dapat dideteksi secara langsung pada darah yang didonasi. Dalam uji saring darah biasanya dicara antibodi spesifik yang melawan pembawa infeksi. Tetapi dalam kasus-kasus tertentu, dapat berarti bahwa darah tersebut tidak terinfeksi. Tetapi dalam kasus-kasus lain dapat pula berarti bahwa darah tersebut masih bisa menularkan infeksi.
Sebagaimana telah kami sebutkan, beberapa organisme memiliki sifat kelatenan. Dalam kondisi seperti ini, meskipun antibodi telah dihasilkan dan infeksi akut telah diatasi, organisme tersebut tetap dalam keadaan dormant ( tidak aktif ) di dalam sel-sel pejamu. Meskipun tidak aktif, penyebab tersebut mampu muncul kembali dan pada suatu waktu bisa menimbulkan infeksi akut. Oleh karena itu, transfusi sel darah yang mengandung organisme llaten dapat menimbulkan penularan infeksi.
Terdapat periode antara infeksi dengan berkembangnya antibodi (zat kekebalan tubuh). Hal ini biasanya disebut dengan periode jendela (window period). Dalam periode ini tidak mungkin dapat diidentifikasi sebagai terinfeksi atau tidak terinfeksi sampai ditemukan antibodi pada dirinya.

Gejala dari adanya infeksi
Gejala dari adanya infeksi adalah adanya tanda-tanda infeksi yang dapat dideteksi yang muncul dalam aliran darah selama, atau setelah terjadinya infeksi. Tanda-tandanya dapat dideteksi melalui keberadaan dari penyebab tersebut sendiri, tetapi yang lebih umum adalah melalui keberadaan antibodi spesifik yang melawan penyebab infeksi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan sebagai akibat infeksi.
Dalam kasus Hepatitis B, uji saring terhadap suatu protein yang disebut antigen permukaan ( surface antigen ) ( HbsAg ) dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HBV. Dalam kasus HIV, adanya antibodi untuk HIV dapat digunakan untuk menyaring darah yang didonasi dari infeksi HIV.
Pada infeksi HBV, virus menyebabkan pengelupasan sejumlah besar antigen permukaan ke dalam aliran darah selama infeksi akut. Ini dapat bertahan hingga suatu periode panjang. Oleh karena ini, deteksi terhadap HbsAg ini digunakan untuk mengidentifikasi donor yang terinfeksi. Adanya antibodi untuk HbsAg ( HbsAb ) menandakan adanya kekebalan setelah infeksi dan melindungi terhadap infeksi selanjutnya.
Pada infeksi HIV, meskipun terdapat suatu periode di mana hanya dapat dideteksi antigen virus, periode ini sangat singkat; mungkin dalam beberapa kasus tidak lebih dari beberapa hari. Oleh karena itu, deteksi terhadap antigen virus umumnya bukan merupakan pendekatan yang sesuai. Adanya antibodi untuk HIV ( anti-HIV ) merupakan pendekatan paling baik yang digunakan untuk mengidentifikasi donor yang terinfeksi. Virus tersebut masih ada dalam sel darah putih pada unit darah tersebut dan antibodi tidak dapat melindunginya terhadap infeksi ulangan. Adanya antibodi ini, justru, berarti donor sedang terinfeksi HIV.


Penyakit-Penyakit yang Dapat Ditularkan Lewat Transfusi Darah

Prinsip-prinsip yang dibahas dalam modul ini berlaku untuk uji saring terhadap semua penyebab infeksi yang ditularkan lewat transfusi darah. Sejumlah metode uji saring komersial tersedia untuk sebagian besar tipe penyebab infeksi.

1. HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS ( HIV )
HIV adalah penyebab utama AIDS. Meskipun cara infeksi HIV yang menyebabkan AIDS belum jelas, diketahui bahwa ia merusaka bagian sistem kekebalan. Hal ini dapat menimbulkan infeksi serius oleh penyebab-penyebab yang secara normal dapat diatasi dengan mudah oleh sistem kekebalan.
HIV pertama kali diisolasi dari sel-sel seorang pasien yang terinfeksi pada tahun 1983 ( HIV-1 ). Virus tersebut kemudian diidentifikasi sebagai unsur penyebab AIDS. Pada tahun 1986 tipe kedua HIV ( HIV-2 ) diidentifikasikan di wilayah-wilayah tertentu di Afrika. HIV-2 nampaknya menyebabkan penyakit yang sama seperti HIV-1, tetapi kurang pathogenik. Secara morfologi HIV-2 serupa dengan HIV-1. Kedua tipe tersebut dapat dibedakan melalui adanya atau tidak adanya antibodi yang spesifik pada HIV-2. Meskipun reaktivitas silang ( cross reactivity ) terjadi antara protein inti dari kedua virus, protein pembungkus ( envelope ) mereka berbeda.
1.1. Gejala Klinis dari infeksi HIV dan AIDS
Pada mulanya diduga bahwa infeksi HIV hanya akan menimbulkan AIDS. Tetapi kemudian ternyata bahwa infeksi HIV dapat menimbulkan keadaan yang berbeda dengan tingkat keganasan yang berbeda, meskipun biasanya ( dan akhirnya ) infeksi tersebut menuju ke AIDS.
Pada individu-individu yang menderita AIDS, perjalanan penyakit utama adalah terjadinya penyakit-penyakit infeksi sekunder, yakni infeksi-infeksi oportunistik. Infeksi-infeksi oportunistik ini merupakan infeksi yang tidak terkontrol dari penyebab infeksi yang biasanya ada, tetapi tidak dapat dikendalikan. Infeksi-infeksi umum mencakup :
• pneumonia yang disebabkan oleh Pneumocystis carinii
• tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis atau Mycobacterium avium / intracellularis
• kriptosporidiosis kronis
• toxoplasmosis
• infeksi-infeksi viral, seperti cytomegalovirus
Kanker sekunder seperti sarkoma Kaposi dan limfoma non-Hodgkins merupakan kondisi lain yang kadangkala ditemukan pada pasien-pasien AIDS. Kanker ini biasanya agresif dan tidak merespon secara baik pemberian kemoterapi standar. Di banyak bagian dunia, didapati pasien yang mengidap ARC (AIDS Related Complex) atau AIDS dengan diare berat.
1.2. Diagnosis laboratorium terhadap infeksi HIV
HIV menyebabkan infeksi yang menetap. Anti-HIV baru timbul bagi sebagian besar orang yang terinfeksi pada 6 – 12 minggu setelah infeksi, tetapi pembentukan antibodi bisa ditunda hingga satu tahun.
Adanya dua antibodi, yaitu anti p-24 (inti) dan anti-gp41 ( pembungkus ) menjadi tanda yang paling tepat untuk membuktikan adanya infeksi. Selain itu, hal tersebut adalah cara terbaik untuk memantau perkembangan infeksi.
Setelah infeksi dan sebelum antibodi diproduksi, terdapat suatu ” periode jendela ” yang jangka waktunya berbeda, selama periode itu infeksi tersebut menguat. Setelah selama suatu periode dimana tidak ada tanda klinis yang dapat dideteksi, antigen virus (p24, gp41) dapat dideteksi. Jangka waktu untuk mendeteksi antigen ini sangat singkat, tidak lebih dari 1-2 minggu. Meskipun deteksi dari antigen HIV secara teoritis akan memberikan bukti infeksi pada tahap awal, tetapi pengujian antigen komersial sangat sedikit dan tidak cukup sensitif. Meskipun demikian, dalam beberapa hal dimana pengujian antigen telah digunakan, antigen HIV telah dideteksi pada suatu tahap dimana anti-HIV baru saja muncul. Oleh karena itu nampaknya dewasa ini pengujian antigen HIV mungkin memiliki keterbatasan dalam hal manfaatnya pada transfusi darah. Meskipun demikian, mungkin manfaat tersebut akan berkembang seiring dengan meningkatnya prevalensi HIV pada populasi donor.
1.3. Epidemiologi infeksi HIV
Meskipun jumlah individu yang terinfeksi HIV dan menderita AIDS telah meningkat secara drastis, namun kelompok-kelompok individu yang berisiko terkena infeksi tetap sama dan dalam proporsi yang kira-kira sama. Meskipun demikian, faktor-faktor resiko untuk infeksi HIV-AIDS berbeda dari negara satu dengan negara lain. Sebagai contoh, di negara-negara maju dewasa ini sebagian besar dari mereka yang terinfeksi adalah pria. Ini adalah akibat dari penularan terutama melalui aktivitas homoseksual. Tetapi di Afrika, prevalensi HIV-AIDS sama pada kedua jenis kelamin namun insidens dari penggunaan obat suntik serta homoseksualitas yang rendah menunjukkan penularan bukan dari jalur infeksi biasa. Diperkirakan penularan terutama melalui hubungan vagina. Penularan ibu kepada anak juga sering terjadi.
1.4. Penularan infeksi HIV
Cara penularan infeksi HIV kini telah menjadi jelas. Meskipun virus dapat diisolasi dar banyak sekresi tubuh, infeksi yang ditularkan hanya dalam beberapa cara saja.
Terdapat tiga cara penularan utama dari infeksi HIV :
1. Hubungan seksual penetratif yang tidak terlindung dengan seseorang yang terinfeksi, baik antara pria dan pria maupun antara pria dan wanita
2. Inokulasi dari darah yang terinfeksi, baik melalui transfusi darah maupun sebagai akibat penggunaan jarum, sepmrit atau pisau yang terkontaminasi, misal untuk menyuntik obat, pengorbanan ritual atau membuat tato.
3. Dari seorang ibu yang terinfeksi kepada anaknya dalam kandungan, pada waktu melahirkan , atau melalui pemberian ASI.
Penularan HIV melalui hubungan seksual merupakan jalur yang sangat penting. Di Afrika, dampak penularan secara heteroseksual dapat dilihat dengan jelas dan meningkat karena wanita yang terinfeksi menularkan infeksinya ke anak-anak mereka. Dengan demikian, infeksi populasi tersebut meningkat dari dua sisi.
• pada orang dewasa ( penularan horizontal )
• pada bayi ( penularan vertikal )
Dengan cara ini, HIV dapat menyebar secara cepat dalam suatu populasi.
Transfusi darah juga dapat merupakan jalur yang penting. Efisiensi penularan HIV melalui transfusi darah diperkirakan lebih dari 90%. WHO melaporkan bahwa dosis virus HIV dalam transfusi darah sedemikian besanya, sehingga satu transfusi yang positip HIV rata-rata dapat menyebabkan kematian setelah jangka waktu dua tahun pada anak-anak, dan lima tahun pada orang dewasa. Meskipun demikian, sejauh mana transfusi darah merupakan jalur sebenarnya dari penularan tergantung pada prevalensi dari individu yang terinfeksi dalam populasi dan pada efektivitas dari program uji saring yang digunakan. Dalam suatu populasi dengan prevalensi individu terinfeksi yang rendah dan suatu program uji saring yang baik, maka penularan melalui transfusi darah tentu akan jarang; dan dengan demikian transfusi tidak akan merupakan jalur penularan yang penting.
1.5. Mencegah penyebaran infeksi HIV melalui transfusi darah
Penularan melalui transfusi darah, atau komponen darah harus dihindarkan. Langkah pertama untuk mencegah penularan melalui transfusi darah adalah dengan menyelekesi donor, sehingga mendapat donor yang memiliki resiko rendah terhadap infeksi yang dapat ditularkan melalui transfusi. Perlu diingat bahwa seorang donor yang aman akan memberikan darah donasi yang aman.
Oleh karena itu, sangat penting untuk :
• mengidentifikasi kelompok donor beresiko rendah
• menghindari donor darah yang tidak sesuai
• merekrut pada donor sukarela yang tidak dibayar
• tidak mengikutsertakan para individu yang beresiko untuk menjadi donor melalui program pendidikan donor yang efektif
• melakukan seleksi donor secara efektif melalui :
- konseling pra-donasi.
- Riwayat medis singkat,
- Pengecekan kesehatan dasar,
• Meningkatkan donasi darah sukarela secara teratur.
Meskipun demikian, pada dasarnya diperlukan uji saring anti-HIV agar darah yang terinfeksi dapat diidentifikasi dan dibuang.

2. VIRUS HEPATITIS B ( HBV )
HBV merupakan anggota dari hepadnaviridae. Sejumlah protein penting ditemukan pada virus tersebut. Protein utama dikenal sebagai hepatitis B ” surface ” antigen (HbsAg) dan ini dihasilkan dalam jumlah besar melalui sel-sel yang terinfeksi dengan virus tersebut. Virion tersebut mengandung dua protein tambahan, yakni B ”e” antigen (HbeAg) dan hepatitis B ”core” antigen (HBcAg). Kedua protein ini dikaitkan dengan inti capsid dari virion tersebut. Partikel-partikel yang lebih kecil juga ditemukan dalam serum individu yang terinfeksi. Partikel-partikel yang lebih kecil ini hanya mengandung protein virus utama, yakni HbsAg, yang dihasilkan dalam jumlah yang lebih besar daripada yang diperlukan untuk membentuk virion-virion baru. Oleh karena itu, partikel-partikel ini dianggap tidak dapat menginfeksi, meskipun mereka bertindak sebagai pembuat tanda infeksi yang ada.
2.1. Riwayat infeksi HBV
Pada dasarnya penularan HBV melalui jalur parenteral dimana ada hubungan langsung dengan cairan-cairan tubuh. Dengan demikian jalur yang paling biasa untuk infeksi adalah
• kontak dengan darah yang terinfeksi, baik melalui luka maupun melalui jerum-jarum, semprit atau pisau yang terkontaminasi, misalnya, dalam menyuntik obat-obatan, membuat tato, melubangi daun telinga, akupuntur atau upacara pengorbanan ritual.
• Hubungan seksual
• Penularan kepada neonatus atau perinatal, biasanya pada saat kelahiran melalui sekresi serviks
• Transfusi dari darah atau komponen darah yang terinfeksi
2.2. Manifestasi klinis dari infeksi
Setelah terjadi infeksi, kemudian terdapat suatu masa inkubasi yang berlangsung antara 50-180 hari. Selama waktu tersebut, tidak ada gejala yang terlihat tetapi virus dapat dideteksi dalam aliran darah. Gejala-gejala seperti demam, muncul bintik-bintik, sakit kuning dapat timbul selama fase akut dari infeksi, tetapi keganasan dan lamanya infeksi sangat bervariasi. Dalam kasus-kasus ringan, sakit kuning sering tidak berkembang. Kasus-ksus yang lebih berat dapat menghasilkan penyakit serius.
Antibodi terhadap tiga protein utama –HbsAg, HbeAg, HBcAg- muncul pada waktu yang berbeda selama pemulihan dan dapat bertahan selama bertahun-tahun, kadangkala selama hidup. Kekebalan biasanya kembali utuh setelah pemulihan dari infeksi.
Pada 10-20% individu yang secara klinis didiagnosa terkena infeksi HBV, infeksi tersebut tetap berlangsung dan mereka memasuki suatu periode infeksi kronis. Ini dapat berlangsung hingga enam bulan dan kemudian berakhir, atau bertahan selama hidup. Pada individu-individu inilah bisa ada konsekuensi infeksi yang serius. Di negara-negara berkembang dengan insidens infeksi HBV yang tinggi, 90% bayi yang terinfeksi secara perinatal dan 20-30% dari anak-anak muda mengidap infeksi yang kronis.
Pada beberapa individu yang terinfeksi secara kronis, tidak terlihat efek-efek yang merugikan. Meskipun demikian, dalam banyak kasus penyakit hati kronis akhirnya berkembang dan dapat menimbulkan kanker atau sirosis hati primer dan kemudian menyebabkan kematian. Resiko kematian karena kanker atau sirosis hati ada sekitar 40% pada pembawa HBV pria, dan setidak-tidaknya ada 250.000 kasus karsinoma hepatoselular yang dilaporkan setiap tahun.
2.3. Diagnosa laboratoris terhadap infeksi
Metode identifikasi infeksi HBV yang utama adalah dengan diagnose laboratoris atas dasar pemeriksaan serologi virus yang dilakukan pada sampel-sampel serum dari orang yang terkena infeksi. Perangkat pemeriksaan yang spesifik tersedia untuk sebagian besar tanda-tanda infeksi HBV. Keadaan infeksi dan perkembangan infeksi biasanya dapat ditentukan dengan mengidentifikasi adanya petunjuk tanda-tanda yang terdapat pada sampel serum dan pada sampel-sampel sekuensi. Tanda-tanda tersebut yang terlihat pada serum selama infeksi akut dan kronis disajikan pada gambar 9.
2.4. Manfaat bagi pelaksanaan transfusi
Di masa lampau, transfusi darah dan komponen darah merupakan jalur penularan yang penting dari infeksi HBV. Suatu contoh adalah kejadian di mana sejumlah besar personel Angkatan Bersenjata Amerika Serikat yang divaksinasi terhadap Demam Kuning dengan menggunakan vaksin yang didapat dari para individu yang terinfeksi, setidak-tidaknya salah satu dari mereka yang mengalami infeksi HBV akut. Hal ini kemudian ditularkan ke sebagian besar penerima vaksin tersebut.
Uji saring darah donasi untuk menemukan HBsAg kini bersifat rutin di banyak negara dan hal ini telah membantu menurunkan terjadinya hepatitis pasca-transfusi secara besar-besaran. Telah ditunjukkan secara jelas bahwa keganasan dari infeksi tergantung dari sejumlah faktor, yang salah satunya adalah jumlah dosis yang menginfeksi. Oleh karena itu, transfusi darah dapat menjadi jalur penularan akan dibawa secara langsung ke aliran darah penerima tersebut.
2.5. Penanggulangan infeksi
Di samping uji saring terhadap darah dan komponennya, vaksinasi merupakan suatu tindakan pada saat ini yang digunakan dalam skala besar untuk mengurangi tingkat penularan.

3. VIRUS HEPATITIS C (HCV))
3.1.1. Hepatitis C
Hepatitis NANB yang ditularkan secara parenteral merupakan penyebab paling umum dari hepatitis pasca-transfusi, mencapai sekitar 90 % dari kasus-kasus di negara maju. Belum lama berselang suatu penyebab virus yang dianggap sebagai penyebab dari bentuk hepatitis ini telah diidentitifikasi, melalui teknik kloning. Virus tersebut merupakan RNA beruntai tunggal. Jenis virus hepatitis ini dinamakan virus hepatitis C.
Dari rangkaian asam nucleat telah dinyatakan adanya protein yang digunakan untuk mengembangkan Enzim Imuno Assay(EIA) dalam mendeteksi adanya antibodi terkahap virus tersebut. Metode ini sekarang diperkenalkan di banyak negara dimana hepatitis NANB menjadi masalah yang semakin meningkat, terutama dalam penggunaan komponen darah yang semakin berkembang dan dukungan jangka panjang bagi pasien yang mungkin menerima ratusan unit darah atau komponen darah, seperti mereka yang menderita hemofilia dan talasemia..
Secara klinis, infeksi HCV akut menyerupai infeksi HBV, meskipun umumnya lebih ringan. Akan tetapi diperkirakan 50 % dari para individu yang terinfeksi HCV akan mengidap infeksi kronis, dan 20 % di antaranya mungkin akan mengidap penyakit hati kronis yang akan membawa pada kematian akibat sirosis hepatitis atau kanker hati primer.

4. SIFILIS (INFEKSI TREPONEMA PALLIDUM)
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan ileh infeksi dari bakteri Treponema pallidum. Pada dasarnya penyakit ini merupakan penyakit menular seksual, mesekipun dapat menyebar melalui kontak erat dengan adanya luka lecet pada selaput lendir. Dimasa lampau, transfusi darah merupakan jalur potensial untuk infeksi, terutama jika darah segar yang ditransfusikan. Akan tetapi setelah darah yang didonasi disimpan selama 24-28 jam pada suhu 4° C. Pada prinsipnya resiko infeksi infeksi dibatasi karena organisme tersebut sangat sensitif terhadap suhu dan dengan cepat dibunuh pada suhu yang rendah. Masih dilaporkan adanya kasus-kasus infeksi setelah jari tertusuk tetapi tidak banyak.
Umumnya infeksi dari penyakit sifilis digunakan sebagai petunjuk kesesuaian donor. Meskipun sifilis bukan merupakan petunjuk yang spesifik dari infeksi HIV, penyakit ini meunjukkan adanya donor yang berisiko terhadap penyakit menular seksual karena perilaku seksualnya, termasuk HIV. Sebaiknya donor yan ada pola perilaku berisko demikian dihindari.
4.1. Riwayat Infeksi
Setelah infeksi awal, perkembangan normal dari sifilis dapat dibagi ke dalam tiga tahap:
a. Sifilis primer : stelah kontak awal, bakteri menembus selaput lendir dan masuk melalui sistem limfatik dan meninggalkan sebuah luka lecet pad tempat masuk.
b. Sifilis sekunder : sementara luka lecet primer itu sembuh, luka lecet sekunder mulai nampak pada kulit dan selaput lendir. Hal ini sangat infeksius. Pada tahap ini penyebaran infeksi secara nonvenereal dapat terjadi.
c. Sifilis tertier : dapat terjadi antara 5-40 tahun setelah infeksi awal. Luka lecet pada terjadi pada sistem saraf sentral atau pada sistem kardiovaskular, yang dapat menyebabkan kerusakan berat.
4.2. Diagnosa Laboratoris terhadap Infeksi
Meskipun dapat dilakukan observasi langsung terhadap bakteri yang ada dalam cairan dari luka lecet dengan menggunakan miksroskopi bidang gelap, tetapi hal ini hanya dapat dilakukan pada tahap-tahap tertentu dari infeksi. Oleh karena itu, pemeriksaan serologi merupakan cara diagnostik yang utama. Terdapat dua kelompok penyujian yang tersedia: pemeriksaan non-spesifik dan pemeriksaan spesifik.
Pemeriksaan yang non-spesifik, seperti VDRL, menggunakan bahan yang disebut cardiolipin utnuk mendeteksi adanya antibodi terhadap T.Pallidum. Cardiolipin adalah komponen normal yang terdapat pada jaringan tubuh. Tidak satupun dari pemeriksaan tersebut yang menggunakan cardiolipin yang bersifat sangat spesifik. Sekitar 1 % orang dewasa normal dapat menghasilkan antibody yang non-spesifik yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu.
4.3. Manfaat bagi pelaksanaan transfusi
Di masa lampau, sifilis ditularkan melalui transfusi darah. Di beberapa negara dengan insidens sifilis yang tinggi, kadang-kadang masih terjadi kasus-kasus tularan sifilis. Akan tetapi, dengan mengeyampingkan donor-donor yang beresiko, adanya uji saring untuks sifilis, dan adanya penyimpanan darah pada suhu 4ºC sebelum transfusi, maka resiko sifilis pasca-transfusi umumnya sangat rendah, dan di banyak negara hampir dapat diabaikan.


Metode Pemeriksaan Uji Saring IMLTD

Dalam mempertimbangkan masalah penularan penyakit lewat transfusi darah, perlu diingat bahwa seorang donor yang sehat akan memberikan darah yang aman. Donor yang paling aman adalah donor yang teratur, sukarela, dan tidak dibayar. Jelasnya bahwa para donor yang beresiko terhadap penyakit infeksi harus didorong agar tidak menyumbangkan darahnya.
Beberapa hal yang perlu diingat :
1. Ada resiko penularan penyakit infeksi jika darah yang diberikan tidak diuji saring sebelum darah tersebut ditransfusi.
2. Donor yang beresiko terhadap suatu infeksi dapat juga membawa penyebab infeksi lainnya yang dapat ditularkan, seperti sifilis, virus hepatitis B atau HIV.
3. Pengumpulan darah dari donor yang terinfeksi akan membuang-buang waktu, tenaga dan dana.
4. Jika banyak donasi dengan positip ditemukan, jumlah uji saring ulangan dan uji saring konfirmasi yang diperlukan akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan keseluruhan biaya pengujian kualitas darah.

1. PRINSIP-PRINSIP PENGUJIAN
Terdapat tiga jenis utama dari uji saring yang tersedia untuk mendeteksi penyebab infeksi:
- Uji cepat khusus ( Rapid Test )
- Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay ( ELISA/EIA ) : Uji ELISA
- Uji aglutinasi partikel
Perlu dicatat bahwa singkatan ELISA sering diganti dengan singkatan EIA ( Enzyme Immuno Assay ).
1.1. PENGUJIAN RAPID TEST
Tipe terakhir dari pengujian untuk ditelaah adalah pengujian cepat khusus (specialized rapid test) yang bersifat sederhana dan biasanya cepat untuk dilakukan. Tipe ini menggabungkan kesederhaan pengujian aglutinasi partikel dengan teknologi EIA.
Pengujian cepat khusus terdapat dalam sejumlah format. Format dasar adalah antigen yang dilekatkan pada membran pori atau semi-pori atau pada selembar strip, dan diberikan dalam bentuk modul tes tunggal di mana sampel tes dan reagen lain ditambahkan. Kebanyakan pengujian cepat terdapat dalam bentuk paket yang mengandung segala sesuatu yang diperlukan untuk melakukan pengujian.
Metodologi
1. Sampel tersebut diterapkan pada modul pengujian dan antibodi yang ada dibiarkan untuk mengikat antigen yang immobil. Pencairan sebelumnya dari sampel mungkin diperlukan. Ini sering dicapai dengan menambahkan beberapa tetes bahan pencair dan sampel ke dalam tabung yang sesuai. Sampel yang dicairkan kemudian ditambahkan secara langsung ke modul.
Periode inkubasi singkat, biasanya hanya 5-10 menit. Waktu ini diperlukan bagi sampel untuk menembus membran.
2. Modul biasanya dibilas dengan menambahkan larutan pembilas yang diberikan. Beberapa pengujian tidak memerlukan langkah ini.
3. Konjugat kemudian ditambahkan ke modul tersebut; ini diberikan dalam bentuk cair. Komposisi konjugat bervariasi dari pengujian yang satu dengan lainnya. Beberapa pengujian menggunakan IgG anti-human enzim-konjugat dengan cara yang serupa dengan apa yang dipakai dalam EIA tipe antiglobulin. Bila tipe konjugat ini digunakan, maka diperlukan langkah pencucian lebih jauh dan penambahan kromogen untuk memvisualkan hasil-hasil.
Suatu pendekatan lain adalah dengan mendeteksi adanya antibodi yang terikat dengan menggunakan protein berlabel A dengan emas kolloid sebagai konjugat.
• Emas kolloid adalah preparat emas yang terdiri atas partikel kecil yang identik dan dapat membentuk penundaan dalam larutan. Meskipun partikel-partikel individual terlampau kecil untuk dapat dilihat dengan mata, agregat dan aglutinat dari partikel-partikel ini dapat dilihat dengan jelas.
• Protein A adalah protein yang terjadi secara alamiah yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Protein mempunyai sifat-sifat yang mampu mengikat pada daerah Fc (fragmen konstan) dari molekul IgG normal.
• Bila konjugat ini ditambahkan, maka protein A akan mengikat antibodi IgG yang ada. Pengikatan ini akan menjadi jelas dengan warna merah dari emas kolloid yang dikonjugasi pada protein A. Tipe konjugat ini lebih sederhana untuk digunakan karena hanya melibatkan satu langkah dalam mendeteksi antibodi yang terikat dan visualisasi dari reaksi tersebut.
Hasil akhir dibaca secara visual dan dibandingkan dengan hasil-hasil yang diharapkan sebagaimana dilukiskan oleh pabrik pembuat. Pengujian tersebut didasarkan pada prinsip-prinsp yang sama seperti EIA. Meskipun demikian, tidak ada nilai OD yang dihasilkan. Hasil hanya dapat dibaca secara visual, tidak diperlukan kontrol, dan tidak perlu membuat kalkulasi. Walaupun tidak perlu kontrol, adalah gagasan yang baik untuk menetapkan paling tidak satu sampel kontrol positif lemah dengan masing-masing kelompok tes. Idealnya, suatu kontrol negatif juga ditetapkan.
1.2. EIA (ELISA)
Meskipun EIA merupakan tipe yang paling kompleks dari ketiga tipe pengujian tersebut, kami akan mempertimbangkannya lebih dahulu karena prinsip-prinsip yang berlaku pada dasarnya sama dengan prinsip-prinsip dalam kedua tipe lainnya. Oleh karena itu, segera setelah anda memahami prinsip-prinsip EIA, anda akan dengan cepat memahami prinsip-prinsip uji aglutinasi partikel dan uji rapid ( rapid test ).
EIA tersedia dalam banyak bentuk dan dapat digunakan untuk mendeteksi baik antigen maupun antibodi. Bentuk pengujian ini yang paling sederhana dan paling umum digunakan adalah dengan memanfaatkan antiegn virus immobil yang menangkap antibodi spesifik yang berada dalam sampel tes.

Terdapat dua cara EIA yang dipakai dengan prinsip-prinsip yang sama, tetapi berbeda dalam metode melekatkan antigen virus tersebut :
• pada sisi-sisi polystyrene microwell : 96 well microplate
• pada paruh polystyrene kecil, berdiameter sekitar 4 mm : 20/60 well Abbot.

1.2.1. Pengujian microwell
Untuk membantu anda memahami prinsip-prinsip dasar dari EIA, kami akan membahas tiga tipe dari EIA :
• tipe EIA antiglobulin : adalah bentuk paling sederhana dari EIA, dimana antibodi virus yang terdapat dalam sampel tes diikat pada antigen virus yang immobil dan dideteksi dengan antibodi anti-human berlabel-enzim.
• EIA kompetitif : sedikit lebih kompleks tetapi merupakan pengujian yang digunakan secara luas, di mana antibodi alamiah yang mungkin terdapat dalam sampel tes berkompetisi dengan antibodi spesifik berlabel-enzim untuk mengikat tempat-tempat pada antigen yang immobil.
• EIA sandwich : adalah tipe EIA yang sangat spesifik di mana antibodi virus dalam sampel tes diikat pada antigen virus yang immobil dan kemudian dideteksi melalui antigen virus berlabel-enzin bebas.

Tipe 1 : Metodelogi EIA tipe antiglobulin
Metodologi
1. Dasar dari sejumlah uji immunologi antibodi adalah antigen yang dilekatkan yang terikat pada permukaan microwell .
Pengikatan ini hanya dapat dicapai dengan menambah larutan antigen dalam buffer bikarbonat untuk setiap tabung dan menginkubasi pada suhu 4ºC selama 12-16 jam. Plastik yang digunakan untuk menghasilkan ”tabung mikro” (microwell) dirancang untuk mengikat protein. Setelah inkubasi, larutan antigen harus dipindahkan, tabung dibersihkan dengan air suling atau suatu buffer spesifik dan langsung dikeringkan. Kemudian disimpan pada suhu 4ºC untuk periode yang panjang, tanpa kehilangan antigen. Tabung-tabung ini disediakan oleh pabrik, dan telah distandarisasi untuk penggunaannya.
2. Serum atau serum yang diencerkan ditambahkan ke dalam tabung, atau serum ditambahkan ke dalam tabung yang berisi larutan pengencer, dan kemudian diinkubasikan selama suatu periode tertentu, pada suhu yang tepat menurut petunjuk pabrik. Waktu dapat bervariasi dari 30 menit hingga 2 jam, dan suhu dapat berkisar dari 18 hingga 45ºC. Uji kontrol positip dan negatip juga ditambahkan ke sejumlah tabung pada setiap susunan plate. Kadang-kadang digunakan kontrol positip rendah. Selama waktu itu, antibodi spesifik yang terdapat dalam serum tes mengikat antigen virus.
3. Pada akhir periode inkubasi, untuk menghilangkan serum, tabung-tabung dicuci dan disiapkan bagi tahap pengujian berikutnya .

Metode pencucian dan cairan pencuci yang digunakan bervariasi sesuai uji yang digunakan. Meskipun demikian, pencucian mekanis yang menggunakan pencuci plate otomatis merupakan cara terbaik untuk mencuci tabung-tabung. Jika anda memiliki sebuah pencuci otomatis, bacalah cara pemakaian yang dibuat oleh pabrik sebelum anda menggunakannya.
Pencucian manual merupakan metode yang dapat diterima untuk pengujian dalam jumlah kecil, tetapi akan memakan waktu jika dilakukan pada jumlah pengujian yang banyak dan dapat bervariasi menurut operator. Pencucian manual dapat dilakukan dengan alat pencuci genggam, baik yang dihubungkan dengan suatu vakum elektrik dan pompa tekan atau dengan cairan pencuci dari wadah dan pengisap yang dilakukan dengan menggunakan pompa air. Alternatif lain adalah pencucian manual dengan cairan pencuci menggunakan pipet mulri-saluran untuk mengisi dan kemudian mengosongkan tabung-tabung. Cairan pencuci yang digunakan ialah air suling, salin, salin buffer dan buffer fosfat. Beberapa buffer dapat menjadi larutan yang sangat kompleks yang memiliki konsentrasi dan nilai pH yang spesifik.
Proses pencucian menghilangkan serum yang berlebihan dari tabung tanpa memindahkan suatu antibodi yang diikat dan spesifik. Pencucian pertama menghilangkan serum dan tabung kemudian diisi dengan cairan pencuci dan dikosongkan lagi. Proses ini diulangi beberapa kali, sesuai dengan petunjuk pabrik. Kadang-kadang cairan pencuci ditinggalkan dalam tabung hingga satu menit sebelum dipindahkan dan diganti dengan cairan pencuci lain. Setelah pencucian terakhir, cairaan pencuci dikeluarkan dan tabung-tabung dibiarkan kosong. Tabung-tabung hendaknya dijaga sekering mungkin sebelum tahap pengujian berikutnya. Plate dapat diletakkan secara terbalik dan secara hati-hati dilap dengan tisue penyerap jika tabung-tabung tersebut masih basah.
4. Larutan konjugat ditambahkan pada semua tabung dan diinkubasikan pada suhu tertentu dan selama periode waktu yang tepat. Larutan konjugat mengandung antibodi immunoglobulin anti-human yang telah dilabel enzim. Tindakan enzim ini menyebabkan substrat menjadi tidak berwarna dan tidak aktif mengembangkan warna pada waktu aktivasi. Kinjugat hanya mengikat antibodi manusia yang telah diikat pada antigen yang dilumpuhkan pada tabung-tabung. Dengan demikian konjugat yang pada awalnya tidak mengandung serum antibodi positip tidak akan diikat dalam tabung-tabung tersebut.
5. Pada akhir periode inkubasi, tabung-tabung tersebut dicuci untuk menghilangkan konjugat yang berlebihan dan tidak diikat serta dipersiapkan untuk tahap pengujian berikutnya. Pencucian dilakukan dengan cara yang sama sebagaimana dilukiskan dalam butir 3 diatas.
6. Segera larutan substrat ditambahkan pada semua tabung dan diinkubasikan pada suhu tertentu, biasanya 18-25ºC, dan selama periode waktu yang tepat.
Larutan substrat mengandung bahan kimia yang disebut kromogen. Kromogen adalah senyawa larut sintetik yang setelah oksidasi berubah warna, berkurang atau ada modifikasi kimiawi oleh label enzim. Kadang-kadang kromogen yang diaktivasikan menjadi tidak alrut dan terbentuk presipitasi berwarna. EIA yang dilakukan di tabung-tabung mikro hanya dapat bekerja jika substrat tetap larut pada setiap saat. Dalam hal ini, kromogen tidak berwarna dan dalam keadaan tidak aktif, tetapi membentuk produk larutan berwarna bila diaktivasikan.
Bila larutan substrat ditambahkan ke dalam tabung-tabung yang mengandung konjugat ikat, maka enzim yang ada mengaktivasikan substrat dan dengan demikian menyebabkan pembentukan warna dalam tabung. Tabung-tabung yang tidak mengandung konjugat ikat tidak merubah warna substrat yang ditambahkan pada tabung tersebut. Dengan demikian tabung-tabung reaktif (yang pada mulanya mengandung serum positip antibodi) diwarnai, sementara tabung-tabung yang non-reaktif (yang pada mulanya mengandung serum negatip antibodi ) menjadi tidak berwarna. Kontrol-kontrol menunjukkan perubahan warna yang tepat.
7. Pada akhir periode inkubasi, larutan asam cair ditambahkan ke dalam semua tabung untuk menghentikan reaksi. Asam tersebut meng-nonaktifkan enzim dan menetapkan warna. Dengan substrat, asam tersebut juga meningkatkan warna yang dihasilkan.
8. Densitas optik ( nilai OD ) dari larutan dalam tabung-tabung mikro dibaca dan hasil-hasil pengujian ditentukan.

Tipe 2 : Metodologi EIA kompetitif
Prinsip-prinsip dasar dari EIA kompetitif sama dengan EIA tipe antiglobulin, yakni antibodi mengikat antigen immobil dan keberadaan antibodi kemudian dideteksi.
Pengujian tersebut sedikit berbeda dalam cara di mana antibodi dideteksi. Antigen dilekatkan pada permukaan tabung mikro dan ditambahkan serum tes. Pada waktu yang sama, konjugat ditambahkan dan sampel serta konjugat diinkubasi bersama-sama. Meskipun demikian, konjugat adalah antibodi berlabel enzim, dan bukannya antibodi anti human berlabel non spesifik. Untuk tempat-tempat yang mengikat antigen, antibodi konjugat berkompetisi dengan antibodi alamiah. Konsentrasi antibodi konjugat ditetapkan pada suatu tingkatan sehingga sejumlah kecil antibodi yang terdapat dalam sampel tes cukup untuk memastikan bahwa ia mengikat antigen lebih baik dari antibodi konjugat.
Metodologi
1. Antigen dilekatkan pada permukaan tabung mikro, sebagaimana diterangkan di atas .
2. Serum ditambahkan ke tabung-tabung. Pengujian kompetitif menggunakan serum yang tidak diencerkan.
3. Konjugat ditambahkan ke semua tabung. Konjugat terdiri atas antibodi berlabel enzim yang spesifik untuk antigen pada tabung-tabung tersebut.
Tabung-tabung diinkubasi selama suatu waktu tertentu pada suhu yang tepat. Selama waktu itu, suatu antibodi spesifik yang terdapat dalam serum tes berkompetisi dengan antibodi konjugat untuk mengikat tempat-tempat pada antigen virus .
4. Pada akhir periode inkubasi, tabung-tabung dicuci untuk menghilangkan serum dan konjugat.
5. Larutan substrat ditambahkan dengan segera ke semua tabung dan diinkubasikan pada suhu tertentu, biasanya 18-25ºC, dan selama periode waktu yang tepat.
6. Pada akhir periode inkubasi, larutan asam cair ditambahkan ke semua tabung untuk menghentikan reaksi tersebut.
7. Densitas optik (nilai OD) dari larutan dalam tabung mikro dibaca dan ditentukan hasil-hasil pengujian.
Dengan tidak adanya antibodi dalam sampel tes, antibodi konjugat diikat dan enzim yang ada mengaktivasikan substrat untuk menghasilkan warna. Dalam tabung-tabung tersebut di mana terdapat antibodi dalam sampel tes, adanya antibodi mencegah pengikatan antibodi konjugat dan terdapat sedikit atau tidak ada ensim. Dengan demikian terdapat sedikit atau tidak ada aktivasi substrat dan tidak ada warna yang dihasilkan.

Tipe 3 : Metodologi EIA Sandwich
Prinsip dasar dari EIA sandwich adalah sama dengan EIA antiglobulin, yakni antibodi mengikat antigen immobil dan kemudian mendeteksi keberadaan antibodi.
Pengujian berbeda dalam cara mendeteksi antibodi. Antigen diikat pada permukaan tabung mikro. Serum tes ditambahkan ke tabung mikro dan diinkubasi. Pada akhir periode inkubasi, serum tersebut dicuci dan konjugat ditambahkan serta diinkubasi. Konjugat tersebut tidak berupa IgG anti-human berlabel-enzim (sebagaimana dalam EIA antiglobulin), tetapi merupakan antigen sintetik berlabel- enzim. Selama periode inkubasi, antigen konjugat mengikat antibodi yang terikat pada antigen yang diikat pada tabung mikro. Suatu ”sandwich” disusun dari antigen-antibodi-antigen. Konjugat yang berlebihan dihilangkan dan kromogen ditambahkan dengan cara yang sama sebagaimana dalam pengujian immunoglobulin. Keuntungan utama dari tipe pengujian ini adalah spesifisitasnya, dan mengurangi jumlah reaksi positip palsu.
Metodologi
1. Antigen diikat pada permukaan tabung mikro, sebagaimana dilukiskan di atas.
2. Serum atau serum cair ditambahkan ke tabung-tabung. Tabung-tabung diinkubasi selama periode waktu tertentu dan pada suhu yang tepat. Selama waktu itu, antibodi yang ada mengikat antigen.
3. Pada akhir periode inkubasi, tabung-tabung tersebut dicuci untuk menghilangkan serum.
4. Konjugat ditambahkan kedalam tabung-tabung. Tabung-tabung tersebut diinkubasi selama periode waktu tertentu dan suhu yang tepat. Selama waktu itu, konjugat mengikat antibodi yang terikat pada tabung-tabung tersebut.
5. Pada akhir periode inkubasi, tabung-tabung tersebut dicuci untuk menghilangkan konjugat yang tidak terikat.
6. Larutan substrat ditambahkan segera ke semua tabung dan diinkubasi pada suhu tertentu, biasanya 18-25ºC, dan selama periode waktu yang tepat .
7. Pada akhir periode inkubasi, larutan asam cair ditambahkan ke tabung-tabung untuk menghentikan reaksi.
8. Densitas optik (nilai OD) dari larutan dalam tabung mikro tersebut dibaca dan ditentukan hasil-hasil pengujian.
Dalam tabung-tabung tersebut di mana antibodi terdapat dalam sampel tes, konjugat diikat pada antibodi dan mengaktivasikan ensim untuk menghasilkan warna.

1.2.2. Uji Elisa menggunakan beads (butir-butir gelas)
Pengujian menggunakan bead berbeda dari pengujian menggunakan tabung mikro dalam arti bahwa antigen tersebut dilekatkan pada permukaan bead polystyrene. Sampel-sampel dan kontrol-kontrol dituang ke dalam wadah reaksi plastik yang mengandung sejumlah tabung. Tabung-tabung ini semata-mata merupakan ”tabung tes” yang menampung berbagai reagen dan bead. Setelah itu, bead-bead tersebut dicuci dalam tabung-tabung, dan semua zat lain ditambahkan ke tabung. Reaksi terjadi pada permukaan bead. Zat dan prosedur umum kemudian sama dengan pengujian tabung mikro.
Meskipun peralatan ini bekerja dalam cara yang sama pada pencuci tabung mikro dan pembaca plate, ia dirancang untuk bekerja hanya dengan bead dan reaksi mereka di bawah wadah.
Sebagian besar pengujian komersial memiliki presentasi tabung mikro; pengujian yang diproduksi oleh Abbot Diagnostics adalah satu-satunya pengujian komersial yang tersedia luas dan menggunakan format bead.

2.2.3. Uji saring untuk antigen
Uji saring untuk antigen dilakukan dengan menggunakan EIA sandwich. Perbedaan antara uji saring antigen dan antibodi adalah bahwa uji saring antigen menggunakan suatu sandwich antibodi-antiegn-antibodi, tidak seperti uji saring antibodi yang mencakup sandwich antigen-antibodi-antigen (konjugat).
Antibodi (biasanya monoklonal) dilekatkan pada permukaan tabung mikro. Serum tes ditambahkan pada tabung mikro dan diinkubasi. Pada akhir periode inkubasi, serum tersebut dicuci dan konjugat ditambahkan serta diinkubasi. Konjugat dalam antibodi spesifik berlabel-enzim (biasanya monoklonal). Selama inkubasi, konjugat tersebut mengikat antigen yang terikat pada antibodi yang dilekatkan pada tabung mikro. Suatu sandwich dibangun dari antibodi-antigen-antibodi. Konjugat yang berlebihan dihilangkan dan kromogen ditambahkan dengan cara yang sama seperti dalam pengujian antiglobulin.
Tahap pengujian dasar dijelaskan dibawah. Berbagai aspek dari teknologi EIA umum ynag telah didiskusikan tidak diulangi disini.
1. Antibodi dilekatkan pada permukaan tabung mikro.
2. Serum atau serum cair ditambahkan ke tabung. Tabung-tabung diinkubasi selama periode tertentu dan pada suhu yang tepat. Selama waktu itu antigen yang terdapat pada sampel tes mengikat antibodi yang immobil.
3. Tabung-tabung dicuci untuk menghilangkan serum.
4. Konjugat ditambahkan ke tabung-tabung. Tabung-tabung tersebut diinkubasi selama periode tertentu dan pada suhu yang tepat. Selama waktu tersebut, konjugat mengikat antigen yang diikat ke tabung-tabung.
5. Pada akhir periode inkubasi, tabung-tabung dicuci untuk menghilangkan konjugat yang tidak diikat.
6. Larutan substrat ditambahkan segera ke semua tabung dan diinkubasi pada suhu tertentu, biasanya 18-25ºC, dan selama periode waktu yang tepat .
7. Pada akhir periode inkubasi, larutan asam cair ditambahkan ke semua tabung untuk menghentikan reaksi.
8. Densitas optik (nilai OD) dari larutan dalam tabung mikro dibaca dan ditentukan nilainya.
Dalam tabung-tabung di mana terdapat antigen pada sampel tes, konjugat diikat pada antigen dan mengaktivasikan enzim untuk menghasilkan warna.

2.2.4. Menentukan hasil EIA
OD dan nilai cut-off
Densitas optik (nilai OD) dari tabung-tabung ditentukan dengan menyorotkan seberkas cahaya dengan panjang gelombang tertentu ke dasar tabung dan jumlah sinar yang diserap oleh larutan tersebut kemudian diukur. Ini dilakukan pada peralatan khusus yang disebut ”plate reader” yaitu, spectrophotometer multi saluran yang kompleks. Plate reader dirancang untuk membaca nilai-nilai OD dari mikro plate dengan membaca secara bergiliran nilai-nilai OD dari setiap baris pada delapan tabung, atau membaca delapan tabung secara serentak. Hasil-hasil dicetak secara langsung melalui plate reader dikirimkan ke mikro-komputer untuk pemrosesan data.
Hasil akhir dari EIA adalah sejumlah angka – nilai-nilai OD- yang kemudian harus dikonversi menjadi hasil-hasil positip dan negatip. Tabel 1 menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari pengujian anti-HIV yang dilakukan pada sampel serum dari donor darah Inggris.
Agar dapat memanfaatkan nilai-nilai OD, nilai-nilai ini harus dibandingkan dengan hasil standar. Ini diberikan oleh kontrol-kontrol yang ditetapkan dengan sampel-sampel tes. Terdapat banyak cara untuk menghitung hasil, tetapi setidak-tidaknya terdapat tiga kalkulasi yang perlu dilakukan untuk EIA. Dua diantaranya adalah menemukan nilai rata-rata OD dari kontrol-kontrol positip dan negatif yang agar nilainya sahih, maka harus berada dalam nilai-nilai yang ditetapkan oleh pabrik. Akhirnya, agar dapat menentukan apakah suatu hasil bersifat reaktif atau non-reaktif, suatu nilai yang dikenal sebagai nilai ”cut-off” harus dikalkulasi.
Dalam tipe EIA 1 (antiglobulin) dan tiep EIA 3 (sandwich), suatu nilai OD tinggi, yang amenghasilkan warna, adalah hasil yang reaktif. Sementara suatu nilai OD rendah tanpa warnam, adalah hasil non-reaktif. Oleh karena itu, nilai-nilai diatas nilai ”pisah” adalah hasil-hasil reaktif dan nilai-nilai di bawah nilai ”cut-off” adalah hasil-hasil non-reaktif.
Sampel ID A (nilai OD) B (hasil) C (rasio sinyal/cut-off)
1 0,141
2 0,158
3 0.903
4 0,161
5 0,148
6 1,321
7 1,201
8 1,098
9 0,139
10 0,173
11 0,169
12 0,145
Neg C 0,156
Neg C 0,167
Neg C 0,157
Pos C 1,352
Pos C 1,283

A = Nilai aktual OD dari sampel dan kontrol
B = Hasil-hasil positip dan negatip ( belum ditentukan
C = Rasio sinyal/pisah (cut-off) : sampel OD/pisah (cut-off) OD (belum ditentukan)
Dalam tipe EIA 2 (kompetitif) suatu nilai OD tinggi, menghasilkan warna, adalah hasil non-reaktif. Sementara nilai OD yang rendah, sedikit berwarna atau tidak berwarna adalah hasil reaktif. Dengan demikian nilai-nilai di bawah nilai ”cut off” adalah hasil-hasil reaktif dan nilai-nilai di atas nilai ”cut off” adalah hasil-hasil non-reaktif.
Mimilih nilai ”cut off” yang benar adalah sangat penting dalam mengembangkan suatu EIA. Kalkulasi dari nilai ”cut off” dari suatu pengujian sering didasarkan pada nilai-nilai OD kontrol negatip. Nilai rata-rata dikalkulasi dari kontrol-kontrol negatif – rata-rata kontrol negatif (Ncm)- dan ini dimasukkan ke dalam rumus sederhana untuk menghitung nilai ”cut off” aktual untuk plate reader. Umumnya rumus tersebut adalah :
Nilai ”cut off” = Ncm + 0,2

Dalam contoh kami pada tabel 1, Ncm = 0,16. Dengan demikian hasil ”cut off” adalah 0,36 ( 0,16+ 0,2). Nilai-nilai OD di atas 0,36 dianggap sebagai hasil reaktif dan nilai OD di bawah 0,36 dianggap sebagai hasil non-reaktif.
Suatu kalkulasi sederhana lebih jauh dapat dibuat yang mengkonversi nilai-nilai OD individual ke dalam rasio standar. Ini digunakan untuk membuat perbandingan langsung dari sejumlah piring sampel yang dites dengan menggunakan pengujian yang sama, atau hasil pengujian kelompok sampel yang sama dengan menggunakan pengujian yang berbeda. Rasio standar ini disebut rasio sinyal/”cut off” dan dikalkulasi dengan membagi nilai OD sampel dengan nilai ”pisah” yang dikalkulasi. Nilai di bawah 1 menunjukkan hasil yang non-rekatif dan nilai di atas 1 menunjukkan hasil rekatif. Dalam hal EIA kompetitif, rasio tersebut dikalkulasi sebagai rasio ”cut off” ( nilai ”cut off” dibagi dengan nilai OD sampel).

2.3. PENGUJIAN AGLUTINASI PARTIKEL
Pengujian aglutinasi partikel mendeteksi adanya antibodi spesifik dengan aglutinasi partikel yang dilapisi dengan antigen yang berkaitan. Aglutinasi partikel telah berkembang dari hemaglutinasi, yang menggantikan sel darah merah pembawa (carrier) dengan partikel pembawa (carrier) yang dibuat dari gelatin atau lateks, dimana prinsipnya sama untuk hemaglutinasi dan pengujian aglutinasi partikel. Pengujian tersebut umumnya dilakukan di mikro plate, tetapi seperti EIA bead, tabung-tabung mikro tidak dilapisi tetapi hanya bertindak sebagai ”tabung tes” mini untuk membuat reaksi. Salah satu manfaat utama dari tipe pengujian ini adalah tidak diperlukannya peralatan mahal. Pengujian ini tidak memiliki sejumlah tahap yang berbeda, tidak memerlukan peralatan mencuci dan dapat dibaca secara visual.

Metodologi
1. dasar dari tes adalah immobilisasi dari suatu antigen pada partikel, yang sama seperti tabung mikro atau bead yang telah dilukiskan untuk EIA. Sumber dan tipe antigen pada dasarnya sama untuk EIA, meskipun tidak digunakan peptida sintetis.
2. Sampel tes dan kontrol diencerkan dengan bahan pengencer sampel. Semua pengujian aglutinasi partikel memerlukan pengenceran terlebih dahulu dari sampel-sampel untuk mengurangi reaksi positip palsu. Bahan pengencer dapat menjadi sangat kompleks dalam beberapa macam pengujian dan selalu diberikan sebagai bagian dari paket. Pengenceran dilakukan dalam tabung-tabung mikro. Volume dari sampel yang diencerkan dengan tepat dipindahkan ke suatu mikro plate yang baru untuk melakukan pengujian sebenarnya.
3. Partikel-partikel ditambahkan ke sampel yang diencerkan dan diinkubasi, biasanya pada suhu ruang (18-25ºC), selama periode inkubasi yang ditetapkan, biasanya selama 1-2,5 jam. Selama periode inkubasi, partikel-partikel diaglutinasi dengan cara yang sama dengan sel-sel darah merah dan antibodi kelompok darah melalui antibodi yang terdapat dalam sampel-sampel tersebut.
Pada beberapa macam pengujian, sampel-sampel dites secara duplo terhadap partikel yang dilapisi dan kontrol. Partikel-partikel yang tidak dilapisi digunakan untuk mengidentifikasi reaksi-reaksi non-spesifik.
4. Pada akhir periode inkubasi, hasilnya dapat dibaca. Pengujian aglutinasi partikel umumnya dibaca dengan mata telanjang (visual) dan hasil-hasilnya diberikan skor sebagai positip atau negatip. Pembacaan visual cocok untuk pengujian-pengujian ini karena aglutinasi dari partikel dapat dilihat jelas dengan mata telanjang. Jika digunakan sel-sel darah merah yang dilapisi, maka aglutinasi sangat mirip dengan apa yang terlihat ketika serologi sel merah dibuat di mikro plate. Jika digunakan partikel gelatin, maka mereka akan nampak berwarna kebiru-biruan. Jika digunakan partikel lateks, maka mereka nampak berwarna putih dan dapat dilihat jelas pada latar belakang gelap.
Suatu hasil reaktif nampak sebagai bidang datar dari partikel aglutinasi sepanjang dasar tabung. Suatu hasil non-rekatif nampak sebagai sebuah kancing atau cincin dari partikel aglutinasi yang berada pada pusat tabung . Hasil-hasil ini diperoleh melalui apa yang dikenal sebagai ”metode diam” (settle method) dari aglutinasi partikel. Ini adalah metode yang dianjurkan oleh para pabrik pembuat.

Metode putaran cepat
Suatu metode alternatif untuk melakukan pengujian aglutinasi partikel adalah yang umumnya dikenal sebagai metode ”rapid test” (rapid spin method) dari aglutinasi partikel. Tahap-tahap awal dilakukan sebagaimana dilukiskan pada butir 1-3 di atas dengan modifikasi. Konsentrasi partikel dikurangi sekitar 10 kali, periode inkubasi dikurangi secara bermakna dan partikel-partikel mengalami sentrifugasi untuk meningkatkan aglutinasi dan mengurangi waktu pengujian. Mikro plate itu sendiri diputar pada kecepatan sedang dalam sentrifugasi standar dengan menggunakan pembawa (carrier) piring mikro. Piring tersebut kemudian ditempatkan pada sudut miring sekitar 70º dan dibiarkan selama 10-15 menit. Setelah itu, hasilnya dibaca.
Meskipun demikian, dalam hal ini hasil-hasilnya berbeda. Suatu hasil reaktif nampak sebagai suatu kancing partikel aglutinasi pada pusat tabung. Sementara suatu hasil non-reaktif nampak sebagai suatu rangkaian partikel tidak teraglutinasi sepanjang lereng tersebut . Meskipun metode ini bukan merupakan prosedur standar pabrik pembuat, idapat menjadi modifikasi yang cepat, sensitif dan murah, dan cocok bagi unit transfusi darah yang harus melakukan banyak pengujian.
Apapun metode yang digunakan, sampel tes reaktif awal perlu diuji ulang untuk memastikan reaksi yang sebenarnya. Pengujian tersebut harus diulangi, tetapi dengan menggunakan partikel yang dilapisi dan tidak dilapisi. Hail-hasil yang diperoleh adalah sama, kecuali bahwa terdapat dua tabung untuk dibaca bagi setiap pengujian. Suatu hasil positif sebenarnya diidentifikasi melalui hasil reaktif dengan partikel dilapisi dan hasil non-reaktif dengan partikel tidak dilapisi. Suatu hasil negatif diidentifikasi melalui hasil-hasil non-reaktif dengan kedua tipe partikel. Kombinasi hasil-hasil lain menunjukkan kemungkinan antibodi non spesifik. Diperlukan kehati-hatian untuk memastikan bahwa suatu hasil non-spesifik tidak menyembunyikan hasil positif sebenarnya dalam sampel yang sama.
Untuk memastikan agar sensitivitas maksimum dapat dicapai ketika membaca pola-pola aglutinasi, penting untuk menyertakan sampel kontrol reaktif secara mingguan. Sampel tersebut harus memberikan pola aglutinasi yang selemah mungkin yang masih dapat dibaca sebagai hasil positif.
Adalah mungkin untuk membaca pengujian dengan menggunakan sistem pembacaan otomatis. Beberapa plate reader yang digunakan untuk EIA juga dapat dipakai untuk memantau sepanjang dasar tabung dan mendeteksi pola-pola reaksi dari partikel-partikel. Mesin pembaca tersebut kemudian dapat menginterpretasikan pola-pola ini dan mengidentifikasi hasil-hasil sebagai reaktif atau non-reaktif.
Dalam hal ini, sampel-sampel kontrol hanya digunakan untuk memberikan pola reaksi yang sesuai. Nilai-nilai OD tidak digunakan dengan tipe pengujian ini, bahkan bila hasil-hasil tersebut dibaca pada suatu sistem otomatis.



Validasi Reagen

1. Sampel pengawasan mutu
Setiap laboratorium yang melakukan uji saring harus juga menggunakan sampel pengawasan mutu eksternal atau internal. Sampel-sampel ini penting dalam usaha memantau kinerja suatu pengujian, baik dalam arti sensitivitas dan spesifisitas keseluruhan maupun dalam memperjelas kecenderungan secara bertahap dalam hasil-hasil yang biasanya tidak diperhatikan sehari-hari.
Sampel-sampel pengawasan mutu merupakan sampel-sampel stabil yang disediakan oleh suatu laboratorium atau institusi independen. Sampel-sampel pengawasan mutu internal disiapkan dalam laboratorium setempat. Sampel-sampel ini merupakan serum dimana status antibodi diketahui dan memberikan reaksi yang dapat direproduksi dan dibandingkan dengan berbagai pengujian. Sampel-sampel pengawasan mutu HIV terdiri atas sampel-sampel negatif anti-HIV, dan sampel-sampel positif reaktif lemah dan kuat. Yang penting adalah bahwa sampel-sampel tersebut dapat distabilkan sehingga menghasilkan reaksi, meskipun penyimpanan diperpanjang.
Sampel-sampel eksternal tidak tersedia di semua wilayah. Meskipun demikian, sampel-sampel ini mungkin tersedia melalui pemasok perangkat pengujian. Jika sampel-sampel pengawasan mutu diperoleh dari pemasok perangkat, maka yang penting adalah untuk memastikan bahwa sampel-sampel tersebut tidak semata-mata merupakan sampel komersial yang dapat diberikan untuk mensyahkan pengujian pabrik pembuat. Sampel-sampel demikian mungkin tidak merupakan sampel-sampel yang sebenarnya karena mereka mungkin telah diseleksi hanya untuk memberikan serangkaian hasil yang berbeda dalam salah satu pengujian. Oleh karena itu sampel-sampel tersebut mungkin tidak akan bereaksi dengan pengujian lain yang sebenarnya lebih sensitif. Harus berhati-hati untuk memastikan bahwa sampel yang disediakan tidak mengandung bahan pengawet yang dapat mengganggu kinerja pengujian tersebut. Sebagai contoh, sodium azide sering digunakan untuk mengawetkan sampel-sampel serum, khususnya jika penyimpanan dalam jangka panjang pada suhu 4ºC, tetapi akan me-nonaktivasi peroksidase horseradish enzim yang umumnya digunakan sebagai label enzim pada EIA komersial.
Jika sampel-sampel pengawasan mutu eksternal tidak tersedia, maka sampel-sampel pengawasan mutu internal dapat – dan harus – disiapkan. Hal ini dapat disiapkan dengan mudah dengan mencarikan serum positif antibodi. Serum pengawasan mutu negatif standar juga harus dipersiapkan.
Suatu hal penting untuk diingat dalam mempertimbangkan sensitivitas dan spesifisitas dari uji saring adalah bahwa kedua hal tersebut umumnya berkaitan secara terbalik, yakni ketika sensitivitas meningkat, maka spesifisitas akan menurun dan ketika spesifisitas meningkat, maka sensitivitas menurun.
Daftar Pustaka

1. Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah Depkes
Modul 2 : Uji saring untuk Penyakit Infeksi

2. Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah UTD PMI Pusat : Buku 4 ( Lampiran ).
Kegiatan Unit Transfusi Darah Penanganan Donor dan Kepuasan Pelanggan.